Beberapa teman pernah menanyakan tentang bagaimana kami membantu Damai dalam mengelola blog. Mengingat dengan usianya, Damai terbilang cukup produktif untuk membuat tulisan, meski masih sederhana.
Apakah setiap tulisan dibuat sendiri oleh Damai? Ya, memang begitulah adanya. Saya dan suami menjaga betul agar blog Damai tersebut benar-benar dikelola sendiri olehnya, menjadi sarana baginya untuk belajar menulis, bercerita, berbahasa, dan berinteraksi dengan orang lain. Karenanya kami tidak pernah sekali pun membuatkan tulisan atas nama Damai, terlebih sekedar untuk menjaga eksistensi, menunjukkan bahwa blog anak kami cukup aktif dengan postingan-postingan baru. Tidak seperti itu. Makanya ketika awal blog Damai dibuat saat ia belum mulai menulis, yang ada hanyalah video-video latihan pianonya di rumah, bukan tulisan tentang sesuatu.
Lalu, sebatas apa peran kami dalam mendukung proses belajar Damai melalui media blog tersebut? Yang pasti tidak hanya sekedar membuatkan blog lalu ditinggal begitu saja… 🙂
1. Mengunggah gambar, video, membuat tautan ke tulisan atau blog lain
Awalnya dulu selalu bapaknya atau saya yang menambahkan media tertentu, terkait isi tulisan yang dibuat oleh Damai. Tapi belakangan untuk upload foto ia sudah belajar melakukannya sendiri.
2. Diskusi bersama Damai dan memberi umpan balik pasca penulisan
Setiap selesai Damai menulis, saya biasanya mengajak Damai mendiskusikan tulisannya terlebih dahulu, dan memberikan umpan balik sebelum tulisan tersebut diterbitkan. Ini hal mendasar dalam pemberian stimulasi terhadap perkembangan anak. Bagaimanapun sarana saja tidak akan cukup untuk menjamin proses belajar yang optimal pada anak. Diskusi memberi kesempatan bagi saya untuk membetulkan jika ada pemahaman Damai yang kurang tepat, seperti tentang penggunaan kata atau istilah tertentu, aturan penulisan dalam Bahasa Indonesia dan sebagainya, dengan percakapan yang membuatnya nyaman. Hasil diskusi dan feedback ini menurut saya cukup terlihat dari tulisan Damai yang semakin baik dari waktu ke waktu.
Ya pelan-pelan memang, tidak bisa main hajar dibetullkan semuanya dalam sekali waktu. Ada bagian-bagian tertentu yang pada satu waktu mungkin masih perlu ditoleransi sesuai dengan usianya, dan dibetulkan pada waktu yang lain agar mood Damai menulis juga tetap terjaga. Sebab seringkali terlalu banyak masukan ketika anak baru mulai mempelajari sesuatu bisa membuat mereka menjadi tidak percaya diri dengan karyanya.
3. Memberi pancingan ide tulisan
Ada kalanya selama beberapa waktu Damai kehilangan ide untuk menulis, sehingga blog-nya cukup lama tidak ada tulisan baru. Yang kami lakukan? Memancingnya dengan beberapa ide. Seperti saat ia menulis tentang “Asyiknya Nge-Blog”. Waktu itu Damai menyadari kalau sudah satu minggu lebih ia tidak menulis. Tapi ia merasa benar-benar tidak ada ide. Lalu saya tanya, dia suka tidak nge-blog? Damai bilang iya. Saya tanya lagi, mengapa suka? Damai menceritakan alasannya, dan saya akhiri dengan pernyataan bahwa alasan itu menarik juga untuk dituliskan. Contoh lain tentang pancingan ini terjadi ketika Damai membuat tulisan tentang sepupunya yang imut. Sama, awalnya tidak ada ide. Tapi waktu itu dia sedang hepi-hepinya membicarakan tentang anak kakak saya yang cakep dan lucu. Maka saya bilang, tulis saja tentang mas Ilham.. 🙂
4. Menguatkan motivasi menulisnya
Caranya? Mulai dari mengapresiasi tulisan yang dibuat meski hanya berupa pujian, sesekali memberinya hadiah kecil kalau sedang ada rejeki lebih, atau memberikan penjelasan agar tidak berkecil hati jika ada komentar yang mungkin bagi Damai kurang menyenangkan atau membuatnya merasa bersalah, seperti yang sempat terjadi dalam tulisannya “Belajar dari Miyuki” 🙂
****
Sila baca tulisan yang terkait: Mengapa saya membolehkan anak saya ngeblog?
Inspiratif. Yang penting sudah berani memulai sesuatu dari yang sederhana.
Semoga Damai menjadi teladan dan menginspirasi anak-anak Indonesia lainnya untuk berkarya.
Betul Pak. Karena pada dasarnya ada banyak sekali aktivitas sehari-hari yang bisa memfasilitasi anak belajar berbagai macam kemampuan. Tinggal membantu mengarahkannya saja.
Amiiin… Terima kasih Pak Iwan… 🙂
Ping balik: Inilah 4 Tipe Orangtua sebagai Teman Belajar Anak. Yang Manakah Anda? - Portal Bakat Anak