Tentang Wiwin Hendriani

In bLue

Ibu dari Ayunda Damai Fatmarani, dosen tetap di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Menyelesaikan S1 dan S2 Psikologi di Universitas Gadjah Mada, serta memperoleh gelar Doktor Ilmu Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Saat ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI-HIMPSI) Periode 2019–2023 dan menjadi pembicara nasional di berbagai seminar, workshop maupun pelatihan dengan topik seputar psikologi perkembangan, pengasuhan anak, resiliensi, dan metode penelitian kualitatif.

IMG_20200718_123429 IMG_20200307_160419 (1)

48 thoughts on “Tentang Wiwin Hendriani

  1. sukses selalu ya mbak wiwinnn….semoga selalu diberi kemudahan dan kelancaran untuk mendpakan yang terbaik oleh Allah
    aminnnn

  2. hooo.. bu wiwin, dosen di unair?

    salam kenal, saya Hafid Algristian, dokter umum yang sekarang mengambil spesialisasi kedokteran jiwa di fk unair-rsu dr. soetomo.

    semasa mahasiswa, saya seringnya kontak sama Ginta Naufal, presbem psikologi waktu itu. juga yang seangkatan sama saya adalah Mbak Nur (saya lupa nama lengkapnya siapa), kenal di ESQ, yang belakangan ketahuan kalau beliau anak rektor. sekarang bekerja di Day Care Psikiatri rsu dr soetomo.

    wah, senang sekali bisa kesasar di sini, bu.

    inspiring banget blognya..

    sekali lagi salam kenal, dan salam suksess, bu! 😉

    • Haluu pak dokter, salam kenal… 🙂
      Yup, saya ngajar di Fak.Psi. Unair.
      Ginta & Nur memang nama-nama yang tidak asing di kampus.
      Dengan Ginta dulu juga sering ngobrol ngalor-ngidul.
      Matur nuwun untuk apresiasinya.
      Sukses juga untuk dr. Hafid.
      Kapan-kapan saya diajari hypnotherapy-nya yaa… hehe 😉

  3. Assalamualaikum bu..senang akhirnya menemukan blognya..kenalkan saya peni,peserta “self management” PTPN X.mau tanya dulu waktu memilih sekolah buat Damai,atas dasar apa?berhubung saya mau mencarikan sekolah PG buat anak saya yg berumur 3,5th..makasih sebelumnya.. 🙂

    • Wa’alaikumsalam dr. Peni…
      Dulu Damai pertama saya masukkan PG juga umur 3,5. Waktu itu misi utamanya adalah memfasilitasi dia untuk bisa belajar bersosialisasi dengan sebayanya. Berhubung di sekitar rumah minim anak kecil, saya dan suami memutuuskan untuk memasukkannya ke PG. Dari situ mulailah bergerak mencari PG yang kami cocok: Yang bisa memfasilitasi anak-anak bermain dan saling berinteraksi dengan baik; Yang tidak memaksakan anak untuk terlalu dini belajar materi2 terkait kemampuan akademik, tetapi lebih banyak memperkuat social skill-nya. Terus terang saya tidak mencari sekolah elit, yang sibuk jualan fasilitas, atau menawarkan program yang kebarat-baratan. Tapi setiap kami survey ke beberapa sekolah, berbicara dengan gurunya, dan merasakan atmosfer sekolah itu, kami berusaha untuk menemukan sekolah dengan guru dan lingkungan yang hangat dan nyaman buat anak. Dan pilihan kami waktu itu jatuh ke sekolah kecil di sudut salah satu blok, dalam kompleks perumahan kami. Sejak masuk ke lingkungan sekolahnya, kami sudah disambut hangat dengan guru-gurunya. Menyenangkan dan sangat komunikatif. Bukan seperti sekolah yang kami datangi sebelumnya, yang gurunya menerima kami dengan begitu formal, dan langsung menyodorkan lembaran kertas berisi penjelasan soal uang pangkal, spp, dll. Di sekolah kecil itu saya dan suami sempat melihat, saat ada guru lain yang baru datang, beberapa anak yang ada di sekitar pagar sekolah menyambutkan dan berinisiatif membantu membawakan beberapa barang yang dibawa oleh si ibu guru. Menurut saya itu poin penanda yang sangat baik, refleksi bahwa disana anak diajarkan untuk tahu sopan santun, adab yang baik kepada orang di sekitarnya, salah satu life-skill yang jaman sekarang mulai langka. Dan itu berbeda dengan sekolah lain, yang kami lihat anak-anaknya tampak tidak cukup peduli dengan lingkungannya. Jadi begitu, setelah kami tanya Damai sendiri juga menyatakan suka dengan sekolahnya, akhirnya kami memilih PG/TK kecil ini. Bukan karena fasilitas, popularitas sekolah, atau guru-guru yang berlatar belakang pendidikan tinggi, tapi kehangatan atmosfer lingkungan dan penguatan aspek social-skill-lah yang jadi pertimbangan utama kami 🙂

      • O ya, sekolah Damai saat PG itu bukan sekolahnya yang sekarang. Menjelang waktu kenaikan kelas ke TK B, sekolah itu dijual pada pihak lain karena pemilik sebelumnya mengalami kesulitan dana. Sayangnya proses perpindahan pemilik tersebut berlangsung dalam situasi yang tidak begitu menyenangkan. Khawatir hal itu akan berpengaruh terhadap proses belajar Damai, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk memindahkannya ke TK yang lain, ke sekolahnya yang sekarang ini. Mudah-mudahan cukup menjawab ya dr. Peni… 🙂

  4. assalamu’alaikum….. ibune damai
    hadech, masih kuat berkutat dengan buku dan diktat……. salut, emang hebat ibu yang satu ini, emang ilmu itu nga ada batesnya yah…….
    salam dari keluarga disini, ……kapan bisa ketemu lagi dengan kawan-kawan semua, bersama keluarganya masing-masing……. akan rame kayaknya 😀

    • Wa’alaikumsalam…..
      Whaaa…..surprise ada mbah Oni di sini!
      Pa kabar mbah? Long time no see beneran kita ini ya?
      Salam juga untuk keluarga di sana.
      Mudah-mudahan segera ada waktu untuk reunian rame-rame.
      Pasti seru 😀

  5. halooo jeng…aww…
    lama ga ketemuu dah brbelas tahun yaa kira2……. ttg disabilitas…..minatku mirip2….tp blum ada wadah formal disini utk mempelajarinyaa….semangatnya masih tetep kyk dl win…salut

    • Wa’alaikumsalam jeng Yani…
      Iya betul! Terakhir kapan ya kita ketemu?
      Kapan2 bikin kolaborasi yuk!
      Ada banyak hal yang bisa kita lakukan bersama lho… 😀
      Sukses juga untukmu ya jeng…

  6. Assalamu’alaikum dan selamat pagi.. salam kenal saya Anis. Enaknya manggil “mbak” atau “ibu” ya? hehe, Boleh saya tanya jawab via email?

  7. asalamualaikum……..wiwin,selamat ya…………udah sukses sekarang……hehe
    from : teman lama di jogja (denny/dian agung susanto)

  8. Assalamualaikum.
    Hai Mbak Wiwin, salam kenal, Saya Marty, salah satu bimbingan Prof. Sofia di Psikologi UGM, bebrapa waktu lalum sempat diceritakan oleh bunda Sofi, saya ingin berdiskusi dengan mbak Wiwin tentang penelitian resiliensi (jika berkenan :)). unit analisis saya keluarga dalam konteks khusus. saya ingin korespondensi via email boleh mbak? terimakasih.

  9. Assalamu alaikum. materi yang ibu sampaikan sangat bermanfaat bu 🙂 senang rasanya lebih mudah dapat materi tentang resiliensi berhubung juga resiliensi masih minim yang mengkajinya, apalagi kali ini berbahasa Indonesia. Makasih bu. 🙂

  10. siang mbak wiwin,salam kenal.
    saya kebetulan sedang mengambil program S3 Manajemen pendidikan
    mau sharing mengenai resiliensi, kalau ada referensi tolong di infokan mbak.
    terimaksih banyak
    nama: yalta
    kota : Bengkulu

  11. Asslm ww,
    Ibu wiwin salam kenal sebelumnya….saya adalah guru guru BK di jawa timur. Apakah saya bisa berkonsultasi dengan ibu wiwin terkait keinginan saya untuk meningkatkan kemampuan saya untuk melayani siswa saya dalam layanan konseling? saya membaca bebrapa karya ibu yang saya rasa sangat saya butuhkan! Atas perkenan ibu nanti saya haturkan maturnuwun.

  12. Assalamualaykum wr wb. salam kenal mbak Wiwin, bolehkan saya panggil mbak. saya Halim dari Banyuwangi, kota paling ujung timur selatan dari pulau jawa. saya sangat tertarik unt berdiskusi serta sharing dengan panjenengan, karena saya juga mengajar di banyuwangi serta diberi Amanah oleh Alloh Putra yang istimewa, sempat didiagnosa Autis kemudian Mental Disability. semoga alloh memberi kita kesempatan unt berdiskusi, amiin

  13. Assalamualaykum, ibu saya punya pertanyaan mengenai penelitian kualitatif, bisa menghubungi ibu via gmail kah?

Beri Komentar