Membangun Dialog yang Konstruktif dengan Anak Berusia Remaja

Pertanyaan seputar “bagaimana memperbaiki komunikasi dengan anak yang berusia remaja” begitu sering disampaikan oleh para orangtua. Tidak sedikit diantaranya bahkan mengalami situasi komunikasi yang sangat sulit, hingga kerap berujung konflik, meski awalnya maksud orangtua hanyalah ingin mengingatkan anak tentang sesuatu.

Melalui catatan ringkas ini, saya coba menuliskan kembali beberapa pokok pengingat bagi orangtua dalam hal membangun dialog yang konstruktif dengan remaja, berdasarkan artikel saya dalam Buku Seri II IPPI: Dinamika Perkembangan Remaja (Problematika dan Solusi).

Baca lebih lanjut
Iklan

Mengelola Risiko Daring (1): Tantangan Menumbuhkannya pada Anak di Masa Belajar/Bersekolah dari Rumah (SFH)

Salah satu konsekuensi dari kondisi yang mengharuskan anak total belajar / bersekolah dari rumah (SFH) adalah meningkatnya intensitas dan frekuensi penggunaan media teknologi berbasis internet.  Setiap hari anak akan berselancar di dunia maya sebagai bagian dari aktivitas belajarnya, dalam durasi waktu yang rata-rata meningkat, bahkan tidak sedikit yang terbilang cukup tajam dari hari-hari sebelum terjadinya wabah corona ini.

Lantas, apakah situasi demikian tidak memunculkan risiko bagi anak? Tentu ya. Namun demikian, orangtua, guru, dan juga pihak-pihak lain yang terlibat dalam pengasuhan dan pendampingan belajar anak dapat mengantisipasinya dengan langkah-langkah yang cermat.

Catatan infografis singkat ini semoga dapat membantu memberikan petunjuknya.

Baca lebih lanjut

Memahami Perkembangan Remaja: Materi Temu Pendidik Daring 18 – KGB Surabaya

Bersyukur… wabah corona tidak lantas membatasi ruang-ruang mengabdi dan menebarkan ilmu, untuk memberi sebanyak mungkin manfaat di masyarakat. Di tengah interaksi yang serba terbatas, senang masih bisa membersamai para pendidik yang ingin memahami lebih jauh tentang Perkembangan Remaja, melalui forum Diskusi Daring yang dikelola oleh Komunitas Guru Belajar Surabaya. Dan di luar dugaan, yang hadir terlibat ternyata juga banyak pendidik dari luar daerah: Surakarta, Jogja, Bekasi, dan Bandung, selain dari berbagai wilayah Jawa Timur di luar Surabaya.

Sesuai permintaan, saya menyiapkan dan menyampaikan materi terkait seluk-beluk perkembangan remaja dan membaginya dalam 3 bagian:

Bagian pertama sebanyak beberapa slide berfokus mengantarkan bahasan sekaligus mengingatkan bahwa perkembangan individu adalah proses yang terjadi dalam kurun waktu lama (life long), sambung-menyambung antar usia, sehingga tidak ada pola perilaku baik positif maupun negatif yang muncul tiba-tiba di masa tertentu tanpa kronologis sebab tertentu. Perilaku dalam hal ini adalah hasil dari proses belajar panjang, baik yang disadari maupun tidak, yang turut pula dipengaruhi oleh berbagai macam kondisi lingkungan.
Dengan catatan ini pula kita perlu ingat untuk selalu berpikir dini dalam memberikan pendampingan tumbuh kembang, juga berpikir komprehensif. Membantu mengoptimalkan perkembangan remaja adalah proses yang harus dilakukan sejak usia lebih awal (berpikir dini), tidak bisa di usianya saja, serta harus jeli memfasilitasi setiap aspek dalam pertumbuhan pribadinya, baik kognitif, emosi, maupun perilaku (komprehensif).

Kemudian, dalam sejumlah slide di bagian kedua saya memaparkan beberapa karakteristik khas remaja yang memang di tahap perkembangan ini cukup menantang, karena mereka berada pada fase peralihan dari anak ke dewasa yang memunculkan dinamika psikologis tertentu dalam dirinya.

Dan melengkapi rangkaian paparan tersebut, pada bagian ketiga dari materi, saya menguraikan beberapa petunjuk untuk membantu mendampingi perkembangan remaja, baik sebagai orangtua maupun guru. Petunjuk ini didasarkan pada dua pertimbangan: Prinsip pendampingan perkembangan dan karakteristik khas remaja, pada pada aspek kognitif, emosi, dan sosialnya.

Tentang pendampingan perkembangan ini, saya tetap menempatkan peran orangtua dan keluarga sebagai porosnya. Hal ini untuk selalu mengingatkan para orangtua bahwa penanggung jawab utama tumbuh kembang anak (termasuk di dalamnya remaja) adalah tetap orangtua, bukan guru atau pihak sekolah. Guru adalah bagian dari support system bagi keluarga, yang tidak boleh dilimpahi seluruh tanggung jawab pengasuhan dan pendampingan begitu saja seperti yang tidak jarang terjadi di sekitar, dilakukan oleh sejumlah orangtua yang luput memahami, terjebak dengan segala kesibukan dan berbagai pikirannya.

Usai materi tersampaikan, diskusi pun dimulai dengan saya menanggapi sejumlah pertanyaan dari peserta, yang oleh moderator dibagi dalam tiga termin pembahasan. Mengingat ada cukup banyak pertanyaan menarik yang bisa menjadi sarana belajar bersama para guru dan orangtua, saya mencoba menuliskan ulang lima diantaranya di sini, berikut jawaban yang saya berikan. Semoga turut memberi manfaat bagi pembaca, meski tidak mengikuti diskusi daringnya secara langsung. Baca lebih lanjut