Suatu sore yang sudah agak lama..
π©π»βπΎ: Kenapa, Mam? Agak gimana gitu.
π§: Campur aduk.
π©π»βπΎ: Kenapa?
π§: Ok, mama yang duluan cerita aja ya, habis itu kamu. Jadi, hari ini rasanya nano-nano. Seneng banget dengan kegiatan inklusinya Unair yang mulai jalan dan mahasiswa antusias. Senang lihat banyak orang makin respek dan peduli dengan difabel. Tapi habis itu balik ke fakultas harus ambil keputusan dilematis yang lumayan bikin sesak di ujian akhir salah satu mahasiswa.
π©π»βπΎ: Nggak lulus?
π§: Iya. Dan itu bimbingan mama. Sedihnya bukan karena menyesali atau nggak terima dia nggak lulus. Tapi menyesalkan kenapa dia nggak komit dengan belajarnya, menggampangkan dan potong kompas sana-sini. Tapi ya sudahlah, itu pilihannya. Mungkin dengan gagal studi begini dia akan belajar untuk lebih baik ke depannya.
π©π»βπΎ: Nggak dilolosin aja Mam?
π§: Kenapa?
π©π»βπΎ: Kasihan
π§: Semata-mata itu?
π©π»βπΎ: Iya
π§: Apa menurutmu itu mendidik? Apalagi sudah diingatkan berulang tetap saja tidak berubah sikap.
π©π»βπΎ: Ya nggak sih. Tapi umumnya kan orang lebih mempertimbangkan kasihannya..
π§: Kira-kira apa mama model begitu?
π©π»βπΎ: Nggak sih..
π§: Mama lebih suka ngajak orang bertanggung-jawab atas pilihan-pilihan sikap dan perilakunya, meski konsekuensinya ternyata tidak menyenangkan.
π©π»βπΎ: Hehehe.. I know you, Mam.
π§: Dah, sekarang gantian. Gimana belajarmu hari ini? Apa yang menarik?
π©π»βπΎ: Well.. banyak yang menarik. Tapi aku mau mulai cerita dari English, yang belajarnya dibarengkan dengan Visual Arts. Jadi untuk projeknya kami diminta membuat Haiku dulu. Trus kalau sudah jadi, bikin art work untuk memvisualisasikan haiku-nya.
π§: Ok, jadi 2 mapel nyambung ya?
π©π»βπΎ: Iya. Nah, untuk mengerjakan project ini kami diberi kesempatan 2 kali konsultasi dengan kedua guru mapel untuk bisa dapat feedback, entah di haikunya atau di artworknya. Ini tadi aku baru bikin appointment untuk konsultasi yang kedua.
π§: Pekerjaanmu sudah sampai mana?
π©π»βπΎ: Haiku sudah selesai, art worknya tinggal sedikit lagi. Moga-moga nanti pas konsul kedua nggak banyak dapat koreksi, jadi final product-ku bisa kukumpulkan sesuai deadline yang kubuat.
π§: Kok deadline-nya kamu yang buat?
π©π»βπΎ: Lhoiya, memang gitu. Jadi guru kan memberi waktu, project harus sudah selesai sebelum term ini berakhir. Selambatnya sekitar Desember-lah. Nah tapi tiap anak itu boleh membuat target waktunya sendiri-sendiri. Kayak aku, kutarget final product-ku ini bisa selesai 14 November.
π§: Wah… ini keren lagi. Murid bisa membuat karya yang difasilitasi konsultasi. Seperti belajarnya mahasiswa kalau lagi ngerjakan project tertentu. Trus target waktu untuk penyelesaian tugas akhir bisa ditetapkan sendiri itu seruΒ π
… dst disambung cerita proses belajar yang berkesan dari mapel lain …
*****