Refleksi Ibu Belajar (4): Mengelola Emosi, Mengupayakan Ketangguhan

Hidup tidak selalu berjalan sebagaimana yang diharapkan. Ada kalanya kita dihadapkan pada situasi yang penuh tekanan karena persoalan atau kesulitan yang muncul di luar kendali. Entah dalam keluarga, pekerjaan, maupun sisi-sisi hidup yang lain. Bahkan ketika suatu saat tekanan psikologis meningkat, beban terasa begitu berat, kondisi akan membawa pada ketidakstabilan emosi yang jika tidak dikelola dengan tepat akan berdampak panjang ke sekitar, termasuk anak.

Mengingat siapapun akan mungkin mengalaminya, maka usaha untuk terus memperkuat kemampuan dalam mengelola emosi adalah langkah yang penting dilakukan oleh setiap orangtua. Tujuannya tentu agar anak seminimal mungkin terkena dampak permasalahan orangtua; kita menjadi pribadi yang semakin tangguh, yang mampu menghadapi setiap tantangan hidup dengan baik; sekaligus menjadi contoh bagi anak-anak agar nantinya mereka juga mengembangkan kekuatan personal yang serupa, bahkan jika mungkin lebih baik.

Berkait itu pula, saya terkadang meluangkan waktu untuk sejenak menoleh ke belakang. Mencoba mencari hikmah dari perjalanan hidup yang kemudian memunculkan kesadaran bahwa antar waktu, antar episode itu seringkali saling berkait, ada benang merahnya. Pengalaman yang lebih dulu terlewati seolah memberi bekal untuk mampu menghadapi yang kemudian datang.

Barangkali skenario Allah juga kenapa sekian tahun yang lalu saya begitu tertarik untuk mulai mempelajari dan kemudian mendalami resiliensi, sebuah konsep yang menjelaskan tentang ketangguhan dalam hidup. Boleh jadi, itu bagian dari proses bagaimana Allah menyiapkan saya agar bisa menjalani garis-garis takdir-Nya yang tidak biasa.

Dan melalui setiap momen ujian (baca: ruang belajar), Allah seolah menghendaki saya tidak hanya sekedar mempelajari dan membagikan pemahaman ke orang lain, tetapi juga menerapkannya secara langsung ketika diri sendiri menghadapi situasi sulit. Walk the talk. Termasuk mengupayakan agar seberat apapun persoalan yang dihadapi, komitmen terhadap pengasuhan anak sedapat mungkin tidak terlalu terdampak.

Baca lebih lanjut
Iklan

Memahami Benang Merah Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) dan Resiliensi

Berjeda sejenak dari rangkaian video webinar, dalam unggahan kali ini ingin membagikan satu tulisan bersama salah seorang kolega, yang pernah bekerjasama menjadi pembicara di Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan oleh Universitas PGRI Semarang tahun lalu. Catatan mengenai kegiatannya serta materi yang saya sampaikan dapat diakses dalam tulisan: Menumbuhkan Resiliensi Remaja di Era Digital: Peran Praktisi Bimbingan dan Konseling (silakan di-klik).

Ringkas kata, kami menindaklanjuti kerjasama penyampaian materi dalam seminar nasional tersebut dengan menuliskan benang merah antara SFBC dan Resiliensi, untuk membantu para peneliti khususnya peneliti pemula mendapatkan dasar pijakan mengapa SFBC tepat digunakan sebagai pendekatan untuk menumbuhkan resiliensi individu pascatrauma. Dalam artikel telaah literatur yang kami tulis dan publikasikan di Islamic Guidance and Counseling Journal (sila klik untuk mengunduh versi pdf dari artikel ini), terdapat pokok-pokok kesesuaian yang menegaskan relevansi penggunaan SFBC dalam pemulihan psikologis setelah individu mengalami situasi menekan.

Telaah ini sedikit banyak menguatkan landasan teoritik bagi penerapan SFBC dalam upaya meningkatkan resiliensi individu di berbagai konteks persoalan, termasuk pada lingkup yang lebih spesifik seperti resiliensi online (online resilience), resiliensi di tempat kerja (workplace resilience), resiliensi akademik (academic resilience), resiliensi orangtua (parental resilience), resiliensi keluarga (family resilience) dan sebagainya.

Baca lebih lanjut

Resiliensi dalam Situasi Krisis (3): Tanya-Jawab Seputar Tantangan
 Menuju Resilien di Masa Pandemi

Berbagi secara ringkas pemahaman tentang Resiliensi dalam Situasi Krisis kali ini adalah bagian ketiga, setelah terdahulu diuraikan tentang bagaimana menguatkan ketangguhan personal di bagian pertama, dan ketangguhan keluarga di bagian kedua.

Dalam perjalanan menuju pribadi maupun keluarga yang resilien, kita kerap dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah untuk diatasi, yakni mengelola naik-turunnya emosi diri sendiri. Ada cukup banyak pertanyaan yang kerap dilontarkan oleh rekan terkait ini, terlebih dalam konteks pandemi seperti saat ini.

Mengingat situasi yang ada dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sedikit dari kita yang juga mengalami, maka saya coba tuliskan beberapa diantaranya untuk dapat dijadikan sebagai sarana belajar bagi lebih banyak rekan yang lain.

Baca lebih lanjut

Resiliensi dalam Situasi Krisis (2): Menguatkan Ketangguhan Keluarga

Melanjutkan bagian pertama yang telah ringkas memberi catatan tentang bagaimana menguatkan resiliensi individual, maka di tulisan kali ini fokus penjelasan adalah pada bagaimana menguatkan ketangguhan keluarga di tengah situasi krisis seperti masa pandemi sekarang. Materi ini sekaligus sebagai bahan bacaan awal yang akan diperdalam kupasannya saat seminar daring Kesehatan Mental Keluarga, yang akan dilaksanakan lusa (Jumat/17 April 2020) sebagai bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Dies Natalis Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang ke-37.

Baca lebih lanjut

Resiliensi dalam Situasi Krisis (1): Menguatkan Ketangguhan Personal

Kembali membagikan isi pikiran tentang ketangguhan psikologis ini secara ringkas, senyampang tepat sesuai kondisi saat ini dimana masyarakat tengah dihadapkan pada situasi krisis akibat pandemi. Mudah-mudahan meski terambil dari ppt yang sudah lama dibuat, namun kontennya masih tetap bisa memberikan manfaat.

Baca lebih lanjut

Menumbuhkan Resiliensi Remaja di Era Digital: Peran Praktisi Bimbingan dan Konseling (Materi Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling UPGRIS 2019)

Sabtu, 28 September 2019. Kembali memenuhi permintaan untuk berbagi pemahaman tentang resiliensi, pada forum ilmiah di luar bidang ilmu psikologi. Kali ini pada Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan oleh Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), bertema: “Resiliensi Remaja di Era Milenial dan Pendekatan Solution Focus Brief Counseling“. Seminar dihadiri oleh staf pengajar dan mahasiswa S1, S2, dan S3 Bimbingan dan Konseling serta Ilmu Pendidikan, para guru dan praktisi BK, juga sejumlah elemen masyarakat umum.

Dengan koordinasi yang baik dari penyelenggara, materi yang saya sampaikan lebih berfokus untuk mengupas resiliensi remaja. Sementara itu pendekatan solution focus brief counseling dikupas oleh ahlinya, kakak senior sekohort (biar sekohort tapi tetap lebih senior 😀 ), Mulawarman, S.Pd., M.Pd., Ph.D. dari Universitas Negeri Semarang. Menyimak materi dan penjelasan beliau yang sangat komunikatif, bersyukur sekali saya pun ikut bertambah ilmu. Ini bagian yang selalu menyenangkan dari mengisi sebuah forum ilmiah bersama dengan kolega lintas kepakaran. Tidak hanya berbagi, tetapi diri sendiri juga mendapatkan ruang untuk belajar lebih banyak. Anyway, terima kasih banyak untuk UPGRIS yang telah menyelenggarakan seminar nasional ini, dan memberikan kepercayaan kepada kami. Baca lebih lanjut

Membantu Anak Percaya Diri, Tangguh dan Mandiri (Materi “Parent Support” untuk Orangtua Anak dengan Gangguan Pendengaran)

Minggu, 9 Desember 2018, mendapat kepercayaan untuk memberi penguatan pada para orangtua hebat dari anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran. Kegiatan ini adalah kerjasama antara Kasoem Hearing Center dengan Jala Puspa RSAL Dr. Ramelan Surabaya.

Bertempat di Gedung STIKES Hang Tuah, parent support dihadiri oleh begitu banyak orangtua. Ada yang datang sendiri, berpasangan, ada pula yang membawa serta putra/putrinya.

Baca lebih lanjut

RESILIENSI: Teori dan Penerapannya dalam Pendampingan Psikologis (Materi National Conference UMG 2018)

Sabtu, 6 Oktober 2018. Kembali berbagi pemahaman tentang resiliensi, kali ini dalam National Conference “Resilience in The World of Competitive, Islamic Perspective” yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik bekerjasama dengan International Institute of Islamic Thought. Selain saya, dua pembicara yang lain adalah Assoc. Prof. Dr. Shukran Abd. Rahman dan Assoc. Prof. Dr. Mastura Badzis, keduanya dari International Islamic University Malaysia.

Konferensi nasional ini di luar dugaan ternyata tidak hanya diikuti oleh para akademisi dan mahasiswa dari berbagai jenjang, tetapi juga praktisi psikologi dan konseling, guru-guru, orangtua, bahkan pelajar SMK yang antusias menguatkan kompetensinya menghadapi tantangan di masyarakat yang semakin beragam. Suasana “gethok tular” ilmu pun terasa menjangkau banyak lapisan. Sangat mensyukurinya.

Sesuai permintaan panitia, saya membawakan materi tentang konsep dasar resiliensi dan perkembangan teorinya, serta gambaran penerapannya dalam pendampingan psikologis. Beberapa bagian dari materi ini pernah saya sampaikan pada saat mengisi Seminar Nasional Pascasarjana di UGM Bulan Maret lalu.

Dengan terus diniatkan untuk memperluas kemanfaatannya, karena menyadari bahwa ilmu adalah milik Allah, berikut saya bagikan pokok-pokok materi yang diringkas dalam beberapa slide presentasi. Semoga memenuhi juga keingintahuan rekan-rekan yang pada hari kegiatan berhalangan untuk turut hadir.

Baca lebih lanjut

Menumbuhkan Resiliensi Generasi Z (Materi Seminar Nasional Pascasarjana 2018)

Jumat, 23 Maret 2018, kali kedua dipercaya untuk kembali menjadi salah satu pemateri dalam Seminar Nasional Pascasarjana yang diselenggarakan oleh Program Doktor Ilmu Psikologi UGM. Bahagia dan bersyukur sudah tentu. Bisa kembali pulang ke ‘rumah’ yang memberi saya pondasi ilmu psikologi, berbagi sekaligus mengulang momen belajar bersama para guru yang sungguh saya teladani.

Baca lebih lanjut