Mengoptimalkan Pengasuhan, Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga

29 Juni 1970, bersamaan dengan dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pemerintah secara resmi menetapkan Program Keluarga Berencana (KB) sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Penetapan program KB dinilai penting dilakukan terkait semakin meningkatnya jumlah penduduk, tingginya angka kematian ibu, serta besarnya kebutuhan akan kesehatan reproduksi (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014). Melalui pengendalian jumlah kehamilan, program ini diharapkan dapat menekan laju pertambahan penduduk, meningkatkan kesehatan ibu dan anak, memperkecil beban tanggungan keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan tiap-tiap anggotanya menjadi semakin baik. Dengan demikian, kesejahteraan keluarga diharapkan dapat terus meningkat dan menjadi pondasi bagi pencapaian kualitas bangsa yang semakin unggul.

Kini setelah lebih dari 30 tahun dilaksanakan, setelah 29 Juni ditetapkan sebagai Hari Keluarga Nasional, persoalan jumlah penduduk rupanya masih tetap menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai. Program KB memang diakui mampu menurunkan angka fertilitas dan menekan angka kelahiran dari tahun ke tahun. Namun Word Population Data Sheet Tahun 2013 masih mencatat bahwa Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia yang memiliki estimasi jumlah penduduk terbanyak. Di lingkup ASEAN, jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat pertama, jauh di atas jumlah penduduk negara-negara anggota yang lain. Sementara itu, jaman yang semakin berubah seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga memunculkan beragam tantangan baru bagi kehidupan keluarga di era modern. Gaya hidup materialistik, banyaknya pola perilaku yang menyimpang dari norma sosial maupun agama, serta meningkatnya kriminalitas telah menghadapkan masyarakat pada sebuah kondisi yang perlu disikapi dengan seksama. Efektivitas program pemerintah yang selama ini ditujukan untuk mencapai kesejahteraan keluarga tampaknya perlu ditinjau kembali. Apakah benar bahwa langkah pengendalian angka kelahiran saja cukup untuk mewujudkan sebuah keluarga kecil yang bahagia sejahtera sebagaimana selalu didengungkan oleh BKKBN? Rasanya belum tentu. Baca lebih lanjut

Iklan