Arsip Penulis: Wiwin Hendriani
Video Webinar KemenPPPA: Lindungi Anak dari Perundungan di Media Daring
Video Webinar KemenPPPA: Edukasi PHBS Bagi Anak dan Keluarga dalam Kesiapan Tata Kehidupan Normal Baru
Kembali Tentang Menyiapkan Anak dalam Memasuki Tata Kehidupan Normal Baru
Kali kedua terlibat dalam kegiatan kementerian. Jika sebelumnya membantu KEMENKES, tulisan ini adalah catatan pendek saat melanjutkan langkah untuk turut berkontribusi di kegiatan KEMENPPPA.
Menjaga Tumbuh Kembang Anak Usia Dini di Masa Pandemi
Senang sekali mendapat kesempatan untuk berbagi pemahaman dengan perwakilan penggerak dan pendamping masyarakat lintas bidang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, antara lain: Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Tim Penggerak PKK, HIMPAUDI, Dinas Pendidikan, BKKBN, Perwakilan Dharma Wanita, dan berbagai organisasi masyarakat yang lain.
Menuju Era New Normal, Apa yang Harus Dipersiapkan oleh Orangtua?
Infografis Mengenal “Appreciative Parenting” dan Rangkaian Percakapan Positifnya yang Memberdayakan
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk menuliskan gagasan sederhana yang dapat memperpanjang rantai bantuan pendampingan masyarakat di masa Pandemi Covid-19 ini, melalui jalur Edukasi Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).
Menindaklanjuti permintaan infografis tentang Appreciative Parenting yang menjadi bagian tulisan tersebut, berikut saya buatkan catatan ringkasnya. Penjelasannya sendiri di dalam blog ini sudah ada pada tulisan “Appreciative Parenting: Menumbuhkan Ketangguhan Anak Melalui Percakapan yang Memberdayakan” yang saya unggah tiga tahun yang lalu. Saya sendiri sekian banyak tahun telah belajar menerapkan percakapan-percakapan positif yang menjadi kunci di dalam pendekatan pengasuhan ini bersama Damai, sejak ia kecil. Sehingga jika saya ditanya apakah memang benar pola percakapan yang dimaksud bermanfaat, maka dengan yakin saya katakan: YA.
Berikut paparan infografis yang saya buat, semoga meski terbatas ruang penjelasan tetap bisa membantu pembaca untuk sedikit banyak memahaminya juga.
Refleksi Ibu Belajar (3): Mengelola Kekhawatiran, Mengoptimalkan Percakapan
Sebelum menyimak catatan reflektif ini, saya menyarankan rekan-rekan meluangkan sedikit waktu untuk menengok apa yang sudah ditulis oleh Damai tentang buku yang belum lama selesai dibacanya. Tulisan berjudul “Book Review: Kafka on the Shore – Haruki Murakami” ini menggambarkan setidaknya tiga hal: (1) Salah satu jenis buku yang diakses oleh Damai; (2) Bagaimana ia mengambil pelajaran dari materi yang telah dibacanya; dan (3) Bagaimana ia mengolah informasi dan pemahaman untuk memberikan catatan preventif bagi orang lain yang akan mengikuti membaca buku tersebut, agar tidak terjebak pada pemaknaan yang berdampak kurang baik.
Saya kutipkan beberapa bagian tulisan Damai. Terkait poin pertama, gambaran jenis buku:
Through this book, Haruki Murakami explores the theme of consciousness and unconsciousness. It’s very interesting, since the book follows 2 storylines simultaneously. For every odd numbered chapter, it is about a boy named Kafka Tamura, who lives with his dad; a famous sculptor, in Tokyo. On his 15th birthday, he makes up his mind to run away from home with hope to break the Oedipus curse that his father made about him.
Lalu tentang bagian dari pelajaran yang diambil:
This combination of bizarre plot, mysterious characters, and the use of figurative language are some of the aspects that distinguish Haruki Murakami works with other stories. Everything in ‘Kafka on the Shore’ feels so dream-like, yet so vivid. While reading, the narrative evokes our imagination to feel the surroundings. What does it look like, what kind of emotions that the character feels, what sounds we would hear, and more.
For me, the novel tells that it is nearly impossible for us to be able to understand our own fate. Even if fate itself might be something that affects our life the most. And through the writing style, the reader may learn how to capture the five senses using language. But at the end, I believe that everyone may learn a lot of different things from ‘Kafka on the Shore’.
Dan bagian ketiga tentang bagaimana Damai memberi catatan untuk calon pembaca buku tersebut:
However, for those who want to read this book, it’s better to know that violence is usually described explicitly in certain chapters. And it might be triggering for some people.
There are also some controversial thoughts and concepts that not everyone might agree on. Therefore it’s way better if you keep an open mind while reading the book. As it might stirred up your perspectives towards these certain concepts and leave you wondering about your understanding about your mind and the world around you.
Sudah Optimal kah Stimulasi Perkembangan yang Kita Berikan pada Anak?
Melanjutkan rangkaian psikoedukasi bersama IPPI, kali ini mencoba memberikan infografis yang diharapkan dapat membantu para orangtua dalam mengefektifkan stimulasi tumbuh kembang anak, melalui berbagai macam aktivitas sehari-hari yang dapat direncanakan.
Untuk Ayah dan Bunda di seluruh Indonesia, WFH dan SFH boleh jadi masih akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan. Mari menggunakan setiap waktu yang kita punya bersama anak dengan semaksimal yang bisa diupayakan. Membangun kebiasaan berinteraksi dan memberikan pendampingan bermain dan belajar yang lebih baik, sehingga tercipta atmosfer tumbuh kembang yang lebih positif dan kondusif demi optimalnya perkembangan anak-anak kita.
Mendidik di Tengah Pandemi: Upaya Membantu Anak Menumbuhkan Berbagai Karakter Positif
“SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2020”
Dalam peringatan Hardiknas yang tidak biasa karena anak-anak penuh belajar dari rumah ini, bersama dengan Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) kembali ingin memberikan dukungan bagi semua orangtua di manapun berada, untuk terus berusaha, tidak patah semangat mengupayakan yang terbaik dalam mendampingi tumbuh kembang generasi penerus kita mendatang.
Catatan-catatan ringkas dalam infografis berikut semoga dapat memberikan informasi yang bermanfaat, tentang bagaimana langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh orangtua sebagai pendidik utama anak dalam hidup, untuk menumbuhkan berbagai karakter positif mereka dalam aktivitas belajar sehari-hari.