Beda Moscow, beda St. Petersburg. Sama-sama penuh bangunan megah bersejarah, namun nuansa klasik, estetik nan cantik lebih terasa di kota ini, dibandingkan dengan Moscow yang terkesan lebih kaku.
Dari Moscow, rombongan kami menuju St. Petersburg dengan menggunakan kereta cepat, bernama Sapsan Train. Konon kabarnya Sapsan ini kereta tercepat kedua di dunia setelah Shinkansen di Jepang. Jarak antara Moscow dan St. Petersburg sepanjang 712,5 km yang normalnya ditempuh dengan mobil sekitar 9 jam, bisa dipersingkat menjadi 4 jam dengan menaiki Sapsan. Sepanjang perjalanan kita bisa menikmati pemandangan hijau dan pemukiman penduduk dengan bentuk-bentuk rumahnya yang khas.
Apa saja yang menarik di kota ini? Berikut saya tuliskan beberapa objek yang sempat kami kunjungi:
Neva River
Sebuah sungai besar yang tercatat sebagai terbesar ketiga di Eropa. Sungai ini melintasi St. Petersburg dan bermuara di Teluk Finlandia. Pengunjung yang berwisata menaiki kapal di sungai ini akan diajak menyusuri alirannya sepanjang beberapa kilometer. Dalam perjalanannya, kapal akan melewati beberapa ikon kota, seperti Winter Palace dan Peter & Paul Fortress.
The Peter & Paul Fortress
Dalam Bahasa Indonesia, beberapa situs menyebutnya dengan Benteng Petrus dan Paulus. Benteng ini merupakan benteng kota asli St. Petersburg yang didirikan oleh Pyotr I dari Rusia, pada Tahun 1703. Pembangunannya mengacu pada desain yang dibuat oleh Domenico Trezzini dari Tahun 1706 hingga 1740. Di dalam benteng yang areanya cukup luas ini terdapat berbagai bangunan penting, salah satunya adalah Peter & Paul Cathedral yang dari kejauhan tampak menjulang tinggi.
Pada awal Tahun 1920-an, area ini masih digunakan sebagai penjara dan lapangan eksekusi oleh pemerintah Bolshevik. Beralih zaman sekarang Peter & Paul Fostress telah dimodifikasi sebagai bagian utama dan terpenting dari Museum Negara Sejarah St. Petersburg.
The Hermitage Winter Palace
Winter Palace adalah tempat kediaman keluarga penguasa Soviet selama 150 tahun. Hingga pada November 1917, setelah Revolusi Oktober, Winter Palace difungsikan sebagai museum. Istana yang anggun ini memiliki gaya Baroque pada seni Rusia di pertengahan abad ke-18. Hal ini ditandai dengan begitu banyaknya pernik-pernik ornamen yang memperlihatkan kemewahan pada hampir setiap bagian dari bangunan. Pengunjung di istana ini dapat melihat diantaranya grand halls dan berbagai ruang yang lain, koleksi barang antik dari Eurasia dan Timur, juga koleksi lukisan Eropa dan Timur, patung-patung, juga berbagai seni dekoratif.
Kazan Cathedral, St. Isaac’s Cathedral, dan Spilled Blood Church
Serupa Moscow yang kaya akan gereja, St. Petersburg pun demikian. Selain gereja dalam Benteng Petrus dan Paulus, yang sempat kami kunjungi juga meski sebagian hanya di area luarnya saja adalah Kazan Cathedral, St. Isaac’s Cathedral, dan Spilled Blood Church.
Kazan Cathedral didedikasikan pendiriannya untuk kemenangan Rusia terhadap Napoleon. Bagian dalam dari katedral ini cukup luas, memuat berbagai patung dan ikon yang dibuat oleh seniman terbaik di Rusia pada saat itu. Katedral ini menjadi tempat religius pertama di Rusia yang dibangun dengan gaya Eropa.
Sementara itu St. Isaac’s Cathedral merupakan basilika ortodoks terbesar keempat di dunia. Gereja ini memiliki kubah emas tertinggi ketiga di Eropa. Tsar Alendar I memerintahkan agar gereja ini agar dibangun oleh arsitektur kelahiran Prancis yang bernama August de Montferrad. Saat ini Katedral St. Isaac terbuka sebagai museum, sementara praktik ibadah reguler tetap dilanjutkan di sisi kiri kompleks bangunan.
Untuk Spilled Blood Church, gereja ini dibangun pada awal abad ke-20 di lokasi kematian Kaisar Alexander II pada Tahun 1881. Katedral ini memiliki arsitektur Rusia abad pertengahan, dengan dekorasi yang ada di dinding dan langit-langit gereja berisi koleksi mosaik yang dikerjakan secara terperinci.
Saint Petersburg Mosque
Ini masjid yang spesial, sering disebut juga sebagai Masjid Soekarno. Desainnya mengingatkan pada salah satu bangunan yang pernah saya kunjungi di Turki beberapa waktu lalu, Sultanhani Caravan Seray. Peletakan batu pertama untuk memulai pembangunan masjid ini dilakukan pada Tahun 1910. Pembangunannya selesai pada 1921, namun demikian pada Tahun 1913 secara fungsional masjid ini sudah mulai dibuka untuk digunakan, dan menjadi masjidĀ terbesar diĀ EropaĀ di luarĀ Turki.
Pengaruh gaya arsitektur Turki sangat terasa di masjid ini. Temboknya dibuat dengan granit abu-abu dan kubah serta kedua menaranya dilapisi dengan keramik mozaik berwarna biru langit terang. Menurut cerita, pengrajin terampil dari Asia Tengah mengambil bagian dalam pengerjaan masjid tersebut. Bagian depannya dihias dengan firman-firman dari Al-Qur’an menggunakan kaligrafi Arab. Sementara kolom-kolom bagian dalam dibuat dari marmer hijau. Warna kebiruan yang dominan membuat masjid ini juga kerap disebut sebagai Blue Mosque.
Berdasarkan informasi, pada Tahun 1940 pemerintah Soviet melarang pelayanan ibadah di masjid ini dan mengalihkan fungsi bangunannya menjadi tempat penyimpanan keperluan pengobatan, Pada Perang Dunia Kedua, Masjid St. Petersburg ditutup dan digunakan sebagai gudang. Atas permintaan Presiden IndonesiaĀ pertama,Ā Soekarno, sepuluh hari setelah kunjungannya ke kota tersebut, masjid St. Petersburg dikembalikan ke komunitas muslim. Itulah mengapa sebutan sebagai Masjid Soekarno kemudian muncul.
Jadi demikianlah rangkaian 3 catatan ringkas dari perjalanan ke Moscow dan St. Petersburg beberapa bulan lalu. Bersyukur selalu atas segala rizqy dan rahmat-Nya, atas setiap kesempatan baik untuk dapat merasakan rihlah ke berbagai belahan dunia yang berbeda.
Seru bun! Semoga suatu saat saya bisa ikuti jejaknya. Aamiin
Aamiiiinn…. Ikut mendoakannya juga
Itu airnya bening banget kelihatannya. š
Pengen kesana