Membantu Anak Percaya Diri, Tangguh dan Mandiri (Materi “Parent Support” untuk Orangtua Anak dengan Gangguan Pendengaran)

Minggu, 9 Desember 2018, mendapat kepercayaan untuk memberi penguatan pada para orangtua hebat dari anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran. Kegiatan ini adalah kerjasama antara Kasoem Hearing Center dengan Jala Puspa RSAL Dr. Ramelan Surabaya.

Bertempat di Gedung STIKES Hang Tuah, parent support dihadiri oleh begitu banyak orangtua. Ada yang datang sendiri, berpasangan, ada pula yang membawa serta putra/putrinya.

Sebagaimana diamanahkan, saya menyampaikan materi tentang bagaimana membantu anak dengan gangguan pendengaran mampu tumbuh percaya diri, agar kelak menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri.

Materi ini saya sampaikan dalam tiga bagian. Pertama, saya mengajak terlebih dahulu orangtua untuk melihat kembali ketunarunguan dari sudut pandang psikologi perkembangan. Bagian awal ini ditujukan untuk memperkuat pondasi positif dalam diri orangtua, agar selalu memiliki keyakinan yang baik akan masa depan anak. Keyakinan ini penting untuk menjaga kondisi psikologis orangtua sendiri, agar tidak berpengaruh negatif terhadap pengasuhan yang dilakukannya.

Saya menceritakan beberapa profil individu dengan gangguan pendengaran yang dikenal publik dengan prestasinya, untuk memberikan stimulasi berpikir bahwa di sekitar kita ada begitu banyak contoh tunarungu yang berhasil meraih kesuksesan di berbagai bidang. Beragam contoh inspiratif dengan kisah masing-masing ini diharapkan dapat memperkuat motivasi dan ikhtiar orangtua dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan lebih baik, meski memiliki keterbatasan kondisi. Sebab keberhasilan sejumlah individu tunarungu dan mereka yang memiliki ketunaan lain ini senyatanya telah mematahkankan pandangan awam yang seringkali kurang tepat terhadap penyandang disabilitas.

Pada bagian yang kedua, saya melanjutkan paparan dengan mengajak orangtua merefleksikan apa saja karakterisktik personal yang dimiliki oleh para tunarungu yang mampu mencapai kesuksesan. Beraneka jawaban selain tentang kompetensi bidang yang digeluti bermuara pada tiga karakteristik utama, yakni: Percaya diri; Tangguh menghadapi setiap kesulitan dan berbagai situasi yang tidak menyenangkan atau tidak sesuai harapan; serta Mandiri, menyedikitkan sikap bergantung pada bantuan orang lain.

Dari sini, orangtua kemudian saya minta untuk merefleksikan juga, bagaimanakah karakteristik personal yang dimiliki oleh para orangtua dari sosok-sosok tunarungu yang berhasil tersebut. Apakah mereka adalah tipe orangtua yang pesimistis, ‘baperan’, selalu mencari alasan yang melemahkan usaha, mudah mengeluh dan kemudian menyerah, atau sebaliknya?

Sudah tentu jawabannya adalah sebaliknya. Mereka adalah para orangtua yang juga mampu menunjukkan optimisme dan percaya diri karena mengedepankan untuk berbaik sangka ketimbang berpikir negatif. Manakala menghadapi kesulitan mereka tidak mudah menyerah dan juga menyedikitkan untuk selalu mengharap kemudahan dan uluran tangan orang lain.

Saya melewati bagian kedua ini dengan bahagia karena menangkap tidak sedikit diantara peserta yang melalui berbagai ekspresi tampak menyadari bahwa ada sesuatu dalam diri masing-masing yang perlu untuk segera diperbaiki. Saya bisa merasakan sekaligus memahami bahwa isi pikiran sejumlah orangtua masih cukup banyak didominasi oleh kekhawatiran terhadap masa depan anak, sehingga menjadikan pengasuhan yang dilakukan selama ini masih belum optimal.

Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi semuanya untuk dapat dikelola. Kesadaran orangtua untuk ke depan semakin baik dalam mengelola diri (pikiran, emosi, perilaku) akan sangat berarti, menjadi pintu untuk memulai perubahan positif dalam mendampingi tumbuh kembang anak setiap harinya.

 Sebagai penutup rangkaian, menyambung refleksi diri orangtua tersebut pada bagian ketiga saya menyampaikan tentang hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tangguh dan mandiri. Diantaranya:

(1) Menstimulasikannya dalam berbagai aktivitas, semisal dengan memberi kesempatan pada anak untuk: Menghadapi berbagai macam situasi sosial untuk memperkaya pemahaman; Menyelesaikan sendiri ketidaknyamanan yang mungkin mereka temui tanpa terburu memberikan bantuan atau proteksi; Menanamkan ketiganya melalui cerita, dialog, permainan bersama, dan sebagainya.

(2) Memberikan penguatan terhadap sekecil apapun perubahan perilaku / progres kemampuan anak dengan apresiasi, agar motivasi dalam diri anak untuk terus berusaha juga tetap terjaga.

(3) Menyediakan contoh perilaku yang dikehendaki, dalam interaksi bersama anak sehari-hari. Adanya contoh dari orang terdekat akan membantu anak memproduksi perilaku yang tepat, disamping juga berefek motivasional karena mereka melihat orangtuanya tidak hanya sekedar bicara, namun juga melakukan apa yang dikatakan atau diminta pada anak.

(4) Selalu menjaga komitmen dan konsistensi sikap dalam membimbing anak, baik antar waktu maupun antar pihak yang terlibat dalam pengasuhan. Komitmen dan konsistensi pengasuh akan membawa pada konsistensi usaha anak dalam belajar, dan selanjutnya akan menentukan konsistensi perubahan perilaku serta perkembangan kemampuan yang dihasilkan.

3c3e7477-5132-4b3a-a754-2a78e9c971d0

*****

Iklan

Beri Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s