Saya penggemar drama Korea. Itu sudah jelas, semua teman juga sudah paham dan memaklumi, hehehe… Tapi, tidak semua produk Korea atau sesuatu yang berasal dari Korea kemudian saya suka. Yang tidak OK tetap saja tidak suka. Salah satunya adalah sekian banyak boyband K-Pop yang……. ah, pokoknya lihat dandanannya saja saya “enggak banget”. Sekumpulan cowok beranting, rambut diwarna-warni, kadang disisir dengan model yang menurut saya ajaib, baju penuh pernak-pernik asesoris, lalu bernyanyi dan menari dengan ekspresi songong. Asli, “enggak banget”. BIG NO lah pokoknya.
Makanya, tahu ada begitu banyak remaja yang berbondong menggandrungi mereka, sampai berteriak-teriak histeris hanya karena melihat posternya dari kejauhan, doa saya cuma satu, semoga Damai tidak ikut begitu.
Nah, selama beberapa waktu saya merasa cukup aman. Dia tidak tampak menyukai K-Pop. Terlihat dari jejak lagu yang sering diputar, baik lewat iTunes maupun youtube. Hanya sesekali dia cerita betapa banyak teman sekolahnya yang jadi penggemar boyband K-Pop.
Tapi kemudian hari berganti, masa pun berlalu. Berjarak beberapa waktu, saya mulai menangkap adanya pergeseran minat Damai. Mulai dari mencoba memainkan beberapa melodi dari lagu boyband tertentu, adanya unduhan lagu K-Pop di iTunes yang bukan OST drama kesukaan saya (kalau yang ini sudah jelas saya pelakunya :D), sampai data akses video mereka dari youtube. “Oh, No! Gawat ini…”, pikir saya.
Sempat akan melancarkan aksi protes ke si anak. Tapi kemudian saya pikir-pikir lagi, apa salahnya menyukai sesuatu, asal tahu batas hal baik dan buruknya lalu bisa mengelola diri saat beraktivitas dengan yang disukai itu. Sama seperti diri sendiri ke drakor lah kurang lebihnya.
Terlebih semakin ke sini, saya melihat ada sisi lain yang positif dari kesukaan Damai ke K-Pop. Produktivitas bermusiknya meningkat cukup signifikan dengan sejumlah cover lagu yang dibuatnya dalam waktu tidak terlalu lama. Membuat cover lagu sudah tentu mengasah sejumlah skill: Kepekaan nada, harmonisasi dan dinamika, kepekaan tempo, dan yang pasti kreativitasnya untuk menghasilkan karya tertentu, meski masih sederhana.
Dalam sebuah pembicaraan kami, Damai bercerita bahwa dia suka boyband yang bernama Bangtan Sonyeondan atau yang biasa disingkat BTS.
“Jadi sebenernya gimana kamu bisa suka BTS? Kan mama juga nggak pernah ndengerin grup-grup K-Pop”, tanya saya.
“Iya, kalau mamski ndengerinnya lagu-lagu OST-nya drama”, jawabnya.
“Nah trus gimana tu?”, tanya saya lagi.
“Ya kan aku pernah cerita teman-temanku pada suka duluan. Trus aku mulai dengerin lagu-lagunya. Trus nyari-nyari infonya gitu.. Mereka itu keren lho Mam. Bukan dari perusahaan manajemen artis yg besar kayak SM, YG, JYP, dll gitu, tapi justru mereka satu-satunya yang bisa nembus American Music Award. Mereka dulu dijuluki band miskin lah, dibilang nggak bakalan sukses lah, apalah…” jelas Damai. Lalu meluncurlah materi kuliah tentang BTS setara 1 SKS dari Damai yang tidak perlu saya tuliskan di sini 😀
“Mama itu nggak sukanya grup band – grup band gini ini salah satunya kalau sudah lihat dandanannya yang ajaib…” kata saya kemudian.
“Hehehe, iya sih. Kadang dandanan sama gayanya berlebihan. Tapi nggak semua anggotanya gitu kok…”
Lalu saya menyisipkan pesan kembali padanya bahwa boleh menyukai sesuatu tapi tidak boleh berlebihan. Damai harus tahu batas mana yang ok, mana yang tidak lagi ok. Tetap kritis, rasional, dan tidak perlu mengikuti pola perilaku fans yang emosional, meski mungkin di sekitar banyak demikian. Jadi cukup suka sekedarnya saja, dalam batas wajar. Dan yang terpenting, harus ada manfaat baiknya untuk diri sendiri maupun orang lain. Semisal, menjadikannya jalan untuk lebih menguatkan kemampuan positif yang dimiliki.
Saya percaya Damai bisa memahami dan mengelola dirinya dengan baik.
Anyway, berikut 8 video cover buatannya dari lagu-lagu BTS. Selamat menikmati…
Ping balik: Piano Damai: Dance the Night Away & What is Love (Cover Songs) | Wiwin Hendriani