Amazing Turkey (1): Istanbul dan Berbagai Peninggalan Kesultanan Turki Utsmani

Tulisan perdana di 2018 ini akan saya isi dengan cerita perjalanan saya ke Turki bersama sejumlah rekan dosen minggu lalu. Perjalanan ini adalah kunjungan ke luar Indonesia saya yang ke-11, dan negara (termasuk di dalamnya daerah administratif khusus) ke-9 yang pernah saya datangi setelah Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, China, Macau, Hong Kong, Jepang, dan Korea. Dalam rangka apa? Dalam rangka menjaga kesehatan mental diantara tumpukan pekerjaan yang tiada habisnya, dengan cara yang dibuat sedikit spesial dari biasanya, plus dengan membuka tabungan hasil jerih payah sekian waktu bersama-sama 😀

Jujur pada awalnya saya tidak memiliki cukup referensi tentang negara ini. Benar-benar di luar bayangan karena nyaris tidak pernah secara khusus membaca berita atau mendengar ceritanya. Kecuali tentang Pak Erdogan yang beberapa waktu terakhir sempat mewarnai pemberitaan karena namanya berulang disebut oleh pihak-pihak tertentu berkenaan dengan isu politik tanah air.

Berbeda dengan negara-negara lain dalam kepergian sebelumnya, seperti Brunei, Malaysia, Jepang, dan China yang banyak orang mungkin sudah familiar sejak kecil melalui berbagai tayangan televisi dan pelajaran di sekolah; atau Australia yang film-filmnya cukup banyak diputar dari jaman kejayaan TVRI; lebih-lebih Korea yang drama dan musiknya bagi saya sudah seperti makanan sehari-hari, maka ketika tiba kesempatan untuk mengunjunginya, berbagai gambaran di kepala dan sejumlah referensi pun sudah siap membantu untuk beradaptasi. 

Namun tidak demikian dengan Turki. Itulah kenapa ketika semakin dekat dengan waktu keberangkatan, perasaan saya boleh dibilang cenderung datar. Antusias sedikit, sekedar karena mendengar bahwa di sana sedang musim dingin sehingga jika beruntung mungkin rombongan akan bisa bertemu dengan salju. Ditambah karena menyadari bahwa sudah cukup lama kami serekan kerja ini tidak pergi melepas penat bersama-sama. Selebihnya flat.

Taapiiiiii….. berganti hari, seiring waktu dan pengalaman mencermati kehidupan dan budaya di sana, rasa datar itu pun perlahan berganti dengan antusiasme yang sebenarnya. Saya akan tuliskan secara ringkas untuk menggambarkan bagaimana perjalanan yang bagi saya kaya akan pengetahuan baru ini terlalui.   

Sekilas tentang Turki, negara ini adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia. Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara; Bulgaria di sebelah barat laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur laut; Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; dan Irak dan Suriah di tenggara; dan Laut Mediterania di sebelah selatan. Laut Marmara yang merupakan bagian dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persilangan dua benua, budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang unik yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua peradaban.

Bangsa Turki mulai bermigrasi ke daerah yang dinamakan Turki pada abad ke-11. Proses migrasi ini semakin dipercepat setelah kemenangan Seljuk melawan Kekaisaran Bizantium. Beberapa Beylik (Emirat Turki) dan Kesultanan Seljuk Rûm memerintah Anatolia sampai dengan invasi Kekaisaran Mongol. Mulai abad ke-13, beylik-beylik Ottoman menyatukan Anatolia dan membentuk kekaisaran yang daerahnya merambah kebanyakan Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara. Setelah Kekaisaran Utsmaniyah runtuh setelah kalah pada Perang Dunia I, sebagian wilayahnya diduduki oleh para sekutu yang memenangi PD I. Mustafa Kemal Atatürk kemudian mengorganisasikan gerakan perlawanan melawan sekutu. Pada tahun 1923, gerakan perlawanan ini berhasil mendirikan Republik Turki Modern dengan Atatürk menjabat sebagai presiden pertamanya.

Ibu kota Turki berada di Ankara namun kota terbesar di negara ini adalah Istanbul. Jumlah provinsinya ada 81. Karena banyak sangat maka tidak akan saya sebutkan satu per satu agar tulisan ini tidak semakin mirip dengan pelajaran Geografi 😀

Dalam kunjungan ke Turki ini rombongan kami berjumlah 30 orang. Cukup banyak, cukup pula untuk membuat sedikit keramaian (baca: keseruan) di berbagai tempat yang kami datangi. Berangkat 13 Januari 2018, dari Surabaya berganti pesawat di Jakarta, lalu transit Qatar sebelum berpindah pesawat lagi menuju Istanbul esok harinya. Lama ya? Banget 😁

Sampai di Turki, program kami cukup menantang karena selain cuaca yang dingin (kisaran 2-6 derajat celcius dan berangin), kami juga harus berpindah-pindah kota setiap harinya. Jarak antar kota bervariasi, ada yang dekat, ada yang jauhnya sampai lebih dari 10 jam perjalanan naik bis. Agar pembaca yang juga berteman facebook dengan saya tidak bosan menyimak cerita, maka di blog ini saya akan menjelaskan sedikit lebih banyak tentang setiap tempat yang kami kunjungi. Sedikit saja tapi ya, tidak banyak-banyak 😀

IMG_7014 (1) Oleh karena itu tulisan akan dibuat bersambung, diawali dari catatan selama di Istanbul mengunjungi 5 tempat: Istana Topkapi, Hagia Sophia, Blue Mosque, Hippodrome Square, dan Selat Bosphorus. Kecuali yang terakhir, 4 objek yang pertama letaknya berdekatan. Boleh dibilang berada dalam satu kompleks. Dan bagi yang suka mencoba berbagai jajanan sambil jalan, diantara 4 tempat tersebut ada sejumlah penjual makanan kecil seperti Roasted Chestnut (kacang kastanea panggang), jagung manis rebus dan bakar seperti pada gambar kecil di atas ini, aneka roti khas Turki, juga deretan kios penjual suvenir. Sebagian besar gambar saya tampilkan dalam ukuran besar agar lebih jelas untuk dinikmati (modus… bilang aja narsis) 😀

IMG_6074 IMG_6076

1. Istana Topkapi (Topkapi Sarayi)

Mengutip dari laman Wikipedia, Istana Topkapi adalah istana kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun (1465-1856) yang berada di Istanbul. Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II. Kompleks istana terdiri dari empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil. Selain sebagai tempat tinggal kerajaan, istana digunakan untuk acara-acara kenegaraan dan hiburan kerajaan.

Sekarang istana yang indah ini menjadi daya tarik wisata dan berisi peninggalan suci yang penting dalam sejarah Islam, seperti pedang dan jubah Nabi Muhammad, pedang para sahabat, tongkat Nabi Musa, dan sebagainya. Setelah jatuhnya Utsmaniyah pada tahun 1921, istana ini dijadikan museum berdasarkan dekrit pemerintah tanggal 3 April 1924. Istana ini merupakan bagian dari “Wilayah Bersejarah Istanbul”, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.

      

2. Hagia Sophia

Adalah gereja katedral yang dibangun sejak 537 M, yang pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani (sekitar Tahun 1453M) dialihfungsikan menjadi masjid, dan selanjutnya saat ini dibuka sebagai museum oleh pemerintah Turki. Hagia Sophia dipandang sebagai lambang arsitektur Bizantium dan keberadaannya dikatakan telah mengubah sejarah arsitektur. Berdasar ukuran bangunannya, Hagia Sophia tetap menjadi katedral terbesar di dunia selama hampir seribu tahun sampai Katedral Sevilla diselesaikan pada tahun 1520. Kata Hagia Sophia sendiri berarti “kebijaksanaan suci”, yakni kebijaksanaan yang bersumber dari Tuhan.

Nah, di seberang Hagia Sophia (diantara Hagia Sophia dan Blue Mosque) terdapat sebuah bangunan yang bernama mirip yaitu Ayasofya Hurrem Sultan Hamami. Tidak jarang orang keliru mengira bangunan inilah Hagia Sophia. Padahal Ayasofya Hurrem Sultan ini merupakan bangunan tempat selir Sultan. Sayang, baik di Hagia Sophia maupun Ayasofya Hurrem kami tidak sempat masuk karena harus mengejar waktu agar cukup untuk naik kapal pesiar di Selat Bosphoorus.

3. Blue Mosque (Sultanahmet Camii)

Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmed ini dikenal dengan interiornya yang dominan berwarna biru. Masjid ini dibangun antara tahun 1609 dan 1616 atas perintah Sultan Ahmed I, yang kemudian menjadi nama masjid tersebut. Setelah meninggal, Sultan Ahmed I dimakamkan di halaman masjid. Lokasi masjid yang begitu megah ini dapat dikatakan berseberangan (lurus) dengan Hagia Sophia, tidak jauh dari Istana Topkapi.

  
  

4. Hippodrome Square

Istilah Hippodrome berasal dari Bahasa Yunani yang berarti jalan kuda. Hippodrome marupakan pusat aktivitas sosial dan olahraga pada zaman Kekaisaran Bizantium, dan kemudian saat berganti kekuasaan digeser namanya menjadi Sultanahmet Meydanı (Lapangan Sultan Ahmet). Di Hipprodrome ini kami hanya berhenti sebentar untuk mendengarkan penjelasan pemandu dan berfoto secukupnya, setelah itu meninggalkannya untuk kembali ke bis.
 

5. Selat Bosphorus

Selat Bosphorus adalah sebuah selat yang memisahkan antara Turki bagian Eropa dan bagian Asia. Selat ini menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam. Selat Bosphorus memiliki panjang 30 km, dengan lebar maksimum 3.700 meter pada bagian utara, dan minimum 750 meter antara Anadoluhisarı dan Rumelihisarı. Kedalamannya bervariasi antara 36 sampai 124 meter.

Selama menyusuri selat ini menggunakan kapal pesiar kecil, kami begitu menikmati pemandangan menarik di sepanjang tepian selat: Rumah-rumah penduduk yang khas, hotel, sampai istana. Sempat berharap bertemu dengan lumba-lumba, tapi ternyata tidak muncul.

 

(bersambung)

Iklan

7 thoughts on “Amazing Turkey (1): Istanbul dan Berbagai Peninggalan Kesultanan Turki Utsmani

  1. Ping balik: Amazing Turkey (2): Bursa dan Pengalaman Salju Pertama | Wiwin Hendriani

  2. Ping balik: Amazing Turkey (3): Ephesus dan Jejak Kejayaan Yunani Kuno | Wiwin Hendriani

  3. Ping balik: Amazing Turkey (4): Konya dan Makam Mevlana | Wiwin Hendriani

  4. Ping balik: Amazing Turkey (5): Cappadocia dan Kota Batu yang Menakjubkan | Wiwin Hendriani

  5. Ping balik: Amazing Turkey (6): Cerita yang Tersisa | Wiwin Hendriani

Beri Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s