Menyambung tulisan sebelumnya tentang pentingnya membangun percakapan yang memberdayakan dalam interaksi sehari-hari bersama anak, berikut adalah gambaran percakapan ringan yang saya lakukan bersama Damai. Percakapan semacam ini terjadi setiap saat: Kadang sambil makan, sambil Damai menunggu jemputan sekolah, sepulang saya kerja, menjelang tidur, dsb. Sebab sesempit apapun waktu harus bisa dimanfaatkan dengan baik untuk membiasakan komunikasi yang sehat antara orangtua dengan anak.
Obrolan Pagi Sambil Menunggu Jemputan Datang
D: Mam, di internet itu beneran ada banyak web buat bantu belajar. Aku kemarin pas nggak paham sesuatu di Matematika aku coba cari cara pengerjaannya di web. Dan ketemu. Sekarang aku sudah bisa, sudah kucoba di soal yang lain.
M: Bagus itu! Bisa memanfaatkan internet dengan baik, dan sikap yang bagus juga karena punya inisiatif untuk mencari informasi yang membantu belajarmu. (I: Appreciating)
D: Yang aku akses kemarin itu ada semacam forum diskusinya juga. Jadi misal ada yang tanya sesuatu, bukan adminnya aja yang jawab, tapi ada orang-orang lain juga yang ikut membantu. Ada yang nunjukkan cara, ada yang nunjukkan soal-soal model lain yang serupa. Macem-macem gitu.
M: Sehingga kamu bisa belajar banyak ya. Makanya mama selalu bilang, kalau kita aktif belajar mandiri dengan sarana yang ada, nggak perlu les pelajaran ini-itu. Internet itu gudang informasi. Sifatnya sama saja dengan hal-hal lain di sekitar kita. Bisa berdampak baik maupun buruk. Tergantung kita menggunakannya untuk apa. Kalau banyak kita gunakan sebagai sarana belajar, ya manfaatnya bagus. Tapi kalau digunakan untuk hal-hal yang aneh-aneh, ya jelek dampaknya (II: Imagining). Sama aja dengan teman juga. Ada yang memberi pengaruh baik, ada yang memberi pengaruh kurang baik. Pinter-pinternya kita buat nyaring, mana yang mau diikuti. Buku bacaan juga gitu kan. Ada yang bagus, ada yang jelek. Balik ke kita lagi, mau pilih yang mana.
D: Iya memang. Trus, di web belajar itu macem-macem yang diinfokan, Mam. Orang-orang kulihat yang ditanyakan juga macem-macem. Ada yang langsung tanya jawaban soal apa gitu, ada yang nanya caranya.
M: Menurutmu lebih baik yang mana? (III: Acting)
D: Yang nanya prosesnya.
M: Kenapa?
D: Soalnya, misal kalau di matematika, kalau kita ngerti caranya, kita bisa gunakan untuk mengerjakan soal-soal yang lain.
M: Betul (I: Appreciating). Sekedar mencari jawaban itu bukan belajar. Itu kebiasaan buruk orang-orang yang suka mendapatkan hasil dengan cara-cara instan. Dan itu nggak bikin pinter. Karena itu, menggunakan internet untuk membantu belajar pun, akan benar-benar berdampak positif atau tidak juga masih tergantung cara kita menggunakannya. Jadi gunakan untuk tujuan yang benar, dengan cara yang tepat. Kita akan dapatkan manfaatnya dengan maksimal.
Lalu jemputan datang, anaknya berangkat sekolah…
Ada Pelajaran dari Sebuah Kesalahan
(Bagian 1)
Suatu malam, Damai tidak bisa tidur. Pulang dari acara sekolahnya di Surabaya dia baru ingat ada 1 tugas sekolah untuk pergi ke pengurus RT yang belum dikerjakan. Padahal harus dikumpulkan esok paginya. Waktu ingat itu posisinya sudah jam 9 malam, bukan lagi jam yang tepat untuk bertamu.
D: Gimana ya Mam.. (dengan nada suara cemas, tidak nyaman). Apa besuk aku nggak masuk aja ya, lagipula aku capek habis padus ini tadi.
M: Mau nggak masuk aja?
D: Tapi besuk kelompokku drama harus tampil. Sudah persiapan. Nggak enak juga sama mereka kalau nggak jadi tampil gara-gara aku nggak masuk..
M: Nah, trus gimana? Kamu pikirkan dulu ya, baik tidaknya masing-masing pilihan.
D: (menangis)..
M: Kenapa menangis?
D: Aku takut dimarahi
M: Ok, yuk dibandingkan plus-minusnya. Kalau kamu besuk nggak masuk, mungkin kamu akan terhindar dari teguran Bu Guru, tugas bisa disusulkan Hari Jumat dengan lebih mudah. Tapi, kalau nggak masuk, kelompokmu dirugikan karena nggak bisa tampil, harus dijadwal ulang tampilnya entah hari apa. Nah, kalau masuk, kamu nggak akan merugikan teman-temanmu. Tampil drama tetap jalan sesuai rencana. Kalaupun harus kena marah karena nggak ngumpul tugas, ya sudah minta maaf, disampaikan baik-baik ke Bu Guru kalau memang teledor baru ingat semalam dan belum mengerjakan.
D: (diam)…
M: Sudah malam, tidur dulu saja yuk, besuk pagi diputuskan 😊
Esok paginya…
M: Sudah ambil keputusan? Masuk apa tidak?
D: (menghela nafas) Masuk aja Mam, nanti aku bilang ke Bu Guru kalau belum mengerjakan…
M: Good! Keputusan yang baik Mai. Belajar bertanggung jawab, tidak menghindar atau melarikan diri ketika melakukan kesalahan. Buat mama itu keren. Jangan sampai juga kita membiasakan diri bersikap egois. Hanya karena ingin selamat tidak dimarahi guru, akhirnya kita mengambil langkah yang justru merugikan orang lain, merugikan teman.
D: Tapi aku masih takut kalau dimarahi.
M: Kamu belum pernah kena marah di sekolah?
D: Belum..
M: Ya sudah, itung-itung ini buat pengalaman 😁 Belajar untuk berani menerima konsekuensi, menerima risiko. Itu kemampuan yang penting Mai..
Ada Pelajaran dari Sebuah Kesalahan
(Bagian 2)
M: Jadi gimana tadi di sekolah?
D: Ya aku bilang sama Bu Guru
M: Cerita lengkapnya..
D: Jadi pagi itu sebelum mulai pelajaran aku lihat-lihat pekerjaan punya teman yang sudah pada bawa, sambil bilang kalau aku belum bawa trus tanya siapa tahu ada teman lain yang juga belum. Ternyata ada 1. Trus aku sama dia bicara untuk bilang ke bu guru bareng.
M: Waktu itu gimana perasaanmu?
D: Ya deg-degan Mam, cemas gitu. Tetep masih takut bakal kena marah.
M: Trus-trus..
D: Trus begitu guru datang, sebelum mulai pelajarannya aku sama temanku langsung maju duluan ke meja guru, bilang minta maaf karena belum ngerjakan. Bu guru bilang kapan akan mengumpulkannya? Aku sama temanku njawab besuk pagi. Trus ya diijinkan, dibolehkan menyusul.
M: Alhamdulillah.. Apa yang kamu rasakan?
D: Whuaaaaaaah, tak tergambarkan gimana leganya aku waktu itu, Mam. Rasanya bener-bener plong…
M: 😄 halah, bahasamu…
D: Lho memang iya, aku luuuueega… 😁
M: Jadi, apa pelajarannya?
D: Jangan mikir yang aneh-aneh dulu sebelum melakukan sesuatu. Aku kemarin memang sempat mikir macem-macem, bakal begini-begitu..
M: Lalu?
D: Ya mendulukan minta maaf itu memang penting. Ada memang temanku yang lain, anak laki-laki, ternyata juga nggak ngerjakan. Tapi dia diam aja dan akhirnya ketahuan, kena tegur panjang.
M: Hehehe… Trus, masih ada lagi pelajaran yang lain?
D: Sama ya lebih teliti dengan tugas-tugas, dan segera mengerjakan biar nggak terlewat seperti kemarin.
M: Sip.. Diingat semuanya ya 😊
Ping balik: Appreciative Parenting: Menumbuhkan Ketangguhan Anak Melalui Percakapan yang Memberdayakan | Wiwin Hendriani
Damai usia berapa bun. Ko cara berpikirnya dewasa ya
Damai sekarang 11 tahun. Mungkin efek terbiasa dari kecil sudah kami ajak mbahas macam-macam 😀
Keren. Noted, saya praktekin ke keponakan nanti. Hehe
Adem rasanya baca tulisan ini. Jika ada masalah bukan hanya sekedar menyalahkan atau bahkan membentak anak. Saya jadi belajar bagaimana membangun dialog yang membangun terhadap anak.
Terima kasih banyak.. Saya sendiri juga masih terus belajar agar bisa konsisten melakukannya 🙂
Ping balik: Refleksi Ibu Belajar (2): Dialog yang Konstruktif | Wiwin Hendriani
Ping balik: Refleksi Ibu Belajar (3): Mengelola Kekhawatiran, Mengoptimalkan Percakapan | Wiwin Hendriani