Wawancara Tugas Sekolah
Damai: Siapa motivator Mamski untuk terus berusaha jadi dosen yang baik?
Saya: Hmmm…… pertama, Damai.
Damai: Hehehehe…… kenapa aku?
Saya: Mama selalu ingin memberi contoh yang baik ke kamu. Contoh tentang bagaimana bertanggung jawab terhadap tugas, menjadi pendidik yang baik, agar kelak kamu ndak perlu merasa malu dengan hal-hal yang mama lakukan. Salah satu tanggung jawab orangtua adalah juga memberi contoh berperilaku yang baik ke anak-anaknya. Dan itu jadi motivasi tersendiri.
Damai: Terus siapa lagi?
Saya: Kakung sama nenek. Mereka berdua sudah berusaha saaaaangat keras untuk mama bisa sekolah tinggi, lalu berhasil seperti sekarang. Padahal kakung hanya pensiunan pegawai kecil. Untuk membalasnya, mama ingin selalu membuat kakung sama nenek bangga, lega sebagai orangtua.
Damai: Terus, masih ada lagi?
Saya: Papski. Papski memberi banyak sekali contoh bahwa seorang guru yang baik itu tidak boleh berhenti belajar. Ia harus terus belajar agar semakin banyak ilmu yang bisa dibagikan ke mahasiswa, ke para muridnya. Papski juga selalu mengingatkan untuk berbagi dengan menulis. Agar semakin banyak orang yang bisa belajar dari pengalaman yang kita miliki, dari membaca tulisan-tulisan yang kita buat.
Damai: Menurut Mamski, Mamski sudah jadi dosen yang baik belum?
Saya: Hmmm…… masih terus berusaha ^.^
*terima kasih untuk sekolah yang memberikan penugasan ini…*
*****
Pesan dalam Buku
Saya: Rejeki kita dapat buku ini, Mai.
Damai: Iya bagus isinya, Mam. Cuma 5000 lagi.
Saya: Kamu ngerti nggak apa maksudnya kutipan ini?
Damai: Setahuku kira-kira maksudnya begini. Orang-orang yang pikirannya kecil, sempit gitu, akan banyak membicarakan tentang orang lain.
Saya: Banyak nggosip 😀
Damai: Hihihi, iya semacam itu, lebih banyak ngomongin orang. Kalau orang yang pikirannya luas beda, dia akan banyak memikirkan ide-ide.
Saya: Iya, menggunakan lebih banyak waktunya untuk memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi tertentu. Ide atau gagasan akan menghasilkan solusi atas berbagai persoalan, melahirkan perubahan. Kalau average minds?
Damai: Mereka apa ya… banyak membicarakan kejadian-kejadian di sekitar?
Saya: Iya..
Damai: Tapi kan nggak apa-apa begitu?
Saya: Ya nggak apa-apa, lebih baik daripada yang kebanyakan nggosip. Tapi mereka belum seproduktif great minds untuk menghasilkan solusi.
Damai: Contohnya gimana?
Saya: Misal banyak mengakses berita, apa-apa yang terjadi di sekitar, tapi berhenti sampai pada komentar atau prihatin aja. Nggak mikir apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Kamu lebih suka yang mana?
Damai: Great mind-lah… Tapi aku kadang-kadang masih average 😀
*sepenggal obrolan ringan setelah Damai selesai membaca 1 buku hasil berburu di cuci gudang gramedia*
*****
Calon Presiden Amerika
Ibuk: Apa berita Kompas hari ini yang menarik?
Anak: Itu Trump marah-marah. Kan Hillary bilang kalau dia nggak cocok jadi presiden. Eh, dia nggak terima, bilang kalau mau memenjarakan Hillary. Aduh, menurutku nggak banget. Itu konyol…
Ibuk: (nggak nyangka jawaban akan bergeser ke politik, setelah kemarin anaknya cerita tentang Badai Matthew) Maksudnya gimana? Apa pendapatmu soal sikap pak Trump itu?
Anak: Ya berlebihan. Okelah kalau dia tersinggung. Setiap orang boleh aja tersinggung dengan yang dilakukan orang lain. Tapi mestinya ya nggak perlu gitu responnya. Kan dia calon presiden. Belum jadi aja sudah ancam-ancam orang.
Ibuk: Memang kalau presiden mestinya seperti apa?
Anak: Ya kan presiden itu semua yang dilakukan bakal ngaruh ke banyak orang, ke banyak hal. Mestinya mau bicara atau melakukan apa-apa itu dipikir dulu betul-betul, nggak asal ngomong…
Ibuk: Jadi mendingan siapa dong yang jadi presiden AS?
Anak: Kalau kataku sih masih mending Hillary.
Ibuk: Tapi Hillary juga punya banyak catetan…
Anak: Ya kan semua orang pasti punya kelemahan, Mam. Ya plus minus lah memang, nggak ada yang perfect…
*ok, catet, nggak ada yang perfect di dunia ini…* 😀