Minggu, 30 Oktober 2016, mendapat kepercayaan untuk menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Nasional Forum Perempuan yang diselenggarakan oleh BEM Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Dalam seminar tersebut, materi yang saya sampaikan secara khusus mengulas tentang perempuan dari sisi perannya sebagai Ibu, sosok yang signifikan dalam menumbuhkan berbagai karakter positif generasi masa depan.
GENERASI TANGGUH DENGAN ASUHAN IBU YANG TANGGUH
Dengan judul ini, hal yang ingin saya tekankan adalah bahwa untuk mampu menumbuhkan anak-anak tangguh, yang tidak hanya terampil dan berwawasan luas namun juga memiliki pribadi yang baik, maka Ibu sebagai pendamping tumbuh kembang anak harus lebih dahulu menunjukkan kualitasnya sebagai individu yang tangguh. Sebab pengasuhan anak bukan hanya sekedar teknik, bukan sekedar rentetan tugas rutin yang asal bisa dikerjakan sambil lalu. Mengasuh anak memerlukan penghayatan akan peran, kesadaran terhadap setiap hal kecil dari diri pengasuh yang dapat menjadi sumber belajar, contoh bagi bagi anak-anak dalam bersikap dan berperilaku setiap harinya.
Agar pesan dapat tersampaikan secara jelas dan runtut, materi saya susun dalam tiga bagian. Berikut ini ringkasan isinya:
Pertama, saya mengajak para peserta untuk merenungkan kembali besarnya peran ibu terhadap tumbuh kembang anak. Ibu adalah pengasuh utama anak. Tanpa mengecil-artikan peran sosok-sosok lain yang juga berkontribusi, ibu tetaplah figur utama yang memberikan pengaruh kuat terhadap optimal tidaknya perkembangan anak.
Mengapa demikian? Sebab ikatan antara ibu dan anak sudah terbentuk sejak anak masih berada dalam kandungan. Itulah kenapa sekian banyak riset (salah satunya sila baca: Stress and Pregnancy) telah menunjukkan bagaimana bayi yang lahir dari ibu yang selama kehamilannya diliputi oleh banyak tekanan psikologis dan emosi negatif menunjukkan reaksi berbeda dibandingkan dengan bayi-bayi lain dari ibu yang masa kehamilannya banyak diwarnai oleh emosi-emosi positif. Bayi dari kelompok pertama lebih mudah menangis dengan tangisan yang sulit dihentikan, atau jika menggunakan bahasa awam dikatakan lebih ‘rewel’.
Ibu sebagai pengasuh primer adalah sumber belajar psikologis bagi anak. Hal ini telah dijelaskan juga oleh Bowlby sejak Tahun 1969 dalam kajiannya tentang bagaimana perilaku pengasuh primer dapat mempengaruhi baik pola pikir, respon emosi, maupun aspek sosial anak. Perempuan, dalam hal ini ibu, harus menyadari bahwa tidak hanya dari apa yang disampaikan secara langsung kepada anak saja, namun segala sikap dan perilaku ibu sehari-hari dalam merespon berbagai hal akan dapat diinternalisasikan oleh anak, menjadi satu model sikap dan perilaku yang pada saatnya kemudian akan turut dimunculkan oleh mereka. Sebagaimana diketahui, anak adalah pembelajar aktif, dan modelling adalah salah satu mekanisme belajar yang mereka lakukan.
Tidak jarang orangtua berpikir bahwa yang dapat membentuk pola perilaku anak hanyalah hal-hal yang dengan sengaja diajarkan atau dibiasakan. Orangtua kerap tidak mengira bahwa reaksi mereka ketika berhadapan dengan kesulitan (misal: apakah mudah panik dan cenderung emosional, atau tenang dan mengedepankan logika), bagaimana langkah penyelesaian yang diambil untuk mengatasi setiap persoalan (apakah berdasar pertimbangan atau lebih suka menempuh jalan pintas), adalah hal-hal yang juga dapat diimitasi oleh anak.
Masih ingat cerita keponakan saya tentang temannya yang mengatakan bahwa masuk ke sekolah favorit itu mudah, asal punya uang dan koneksi (baca tulisan: Berburu Sekolah)? Itu adalah salah satu contoh nyata dimana perilaku orangtua yang kerap menggunakan uang dan koneksi sebagai langkah penyelesaian masalah ternyata benar-benar diperhatikan oleh anak, dijadikan sebagai acuan untuk merespon berbagai situasi di lingkungannya. Contoh dengan variasi kejadian yang lain pun dapat dibaca dari tulisan lama saya: Karena Kita Terlibat.
Sampai di sini, saya menegaskan kembali betapa pentingnya peran Ibu sebagai pengasuh utama anak. Setiap hal dari Ibu, sekecil apapun dapat berkontribusi positif maupun negatif terhadap perkembangan anak. Ibu adalah sosok luar biasa, dan keluarbiasaan ini mengandung konsekuensi besar yang semestinya dapat dihadapi dan dipenuhi agar pengasuhan yang dilakukannya benar-benar dapat membawa anak menjadi individu tangguh dan handal di masa depan.
Dari penegasan peran penting perempuan sebagai ibu tersebut, saya kemudian mengajak peserta masuk ke bagian kedua dari materi, untuk lebih memahami kembali tantangan dalam pengasuhan yang tidak sesederhana pengaruh media, teknologi, gawai, atau teman sepermainan yang dipandang membawa kebiasaan buruk pada anak. Model bioekologi dalam perkembangan manusia yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner telah menjelaskan bahwa perkembangan setiap individu dipengaruhi oleh sekian banyak faktor lingkungan yang posisinya berlapis-lapis, dari lapisan terdekat yang berisi lingkungan di mana individu berinteraksi secara intens setiap hari hingga ke lapisan lingkungan yang paling jauh.
Di satu sisi Ibu adalah bagian dari lingkungan terdekat anak, diantara sekian banyak lingkungan lain yang mempengaruhi tumbuh kembang mereka. Sementara di sisi lain, kondisi psikologis Ibu sendiri juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan di seputar aktivitas kehidupannya: Keluarga asal, keluarga inti, pasangan, teman, lingkungan kerja, dan sebagainya. Berbagai kondisi dari lingkungan tersebut apabila tidak dikelola dengan tepat akan pula menentukan baik tidaknya pengasuhan ibu terhadap anak.
Dengan demikian, tantangan pengasuhan yang harus dihadapi ibu pada dasarnya tidak hanya berasal dari lingkungan tumbuh kembang anak, namun juga lingkungan personal ibu sendiri. Seorang ibu yang tangguh akan terus berusaha untuk mampu meregulasi diri agar sepadat apapun beban di tempat kerja (jika ibu bekerja), persoalan yang sedang dihadapi dengan pihak-pihak tertentu, ketidaknyamanan yang mungkin sedang dirasakan, dan sebagainya tidak menjadi halangan untuk tetap dapat mengasuh anak dengan baik.
Pada bagian ketiga dari materi, saya menyampaikan dua hal yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang ibu yang tangguh: Self improvement dan parenting improvement. Terus memperbaiki diri dan pengasuhan yang dilakukan, sebab dari waktu ke waktu kondisi individu dan masyarakat akan terus berubah, menuntut penyesuaian dalam menghadapi dan hidup di dalamnya. Tentang uraian singkat dua langkah ini, saya akan memaparkannya secara terpisah pada tulisan berikutnya.
keren. terima kasih sudah membagikan materinya juga di blog, mbak. so inspiring!
Terima kasih kembali Mba Dian..
Ping balik: Upaya Menjadi Sosok Ibu yang Tangguh | Wiwin Hendriani
Ping balik: Selamat Tinggal 2016, Selamat Datang 2017 | Wiwin Hendriani