Beda Masa, Beda Cerita

Seperti pernah saya tuliskan dulu, di luar tugas pokok sebagai dosen, ada satu tanggung jawab lagi yang mewarnai hari-hari saya dengan segala tantangannya: Mengelola sebuah program studi.

IMG_0987Jika selama dua tahun sebelumnya (2014-2015) saya diminta untuk mengelola Prodi Magister Psikologi, maka sejak awal tahun ini cerita pun berbeda. Berdasar SK Rektor, saya harus berpindah ruang, menjadi Kaprodi Doktor Psikologi. Dan yes, hidup pun semakin berasa seperti permen nano-nano. Ada manis, ada asem, ada asinnya juga 😀

Beberapa bagian cerita sewaktu menjadi Kaprodi Magister Psikologi pernah saya tuliskan dalam salah satu posting tahun lalu (baca: Sedikit Cerita dari Kolokium Psikologi Indonesia 2015). Tantangan utama yang saya hadapi waktu itu adalah bagaimana membuat prodi mampu memfasilitasi proses belajar mahasiswa yang berasal dari berbagai macam disiplin ilmu dengan semaksimal mungkin, hingga mereka dapat menyelesaikan studinya tepat waktu, dengan penguasaan keilmuan yang baik. Jadilah kemudian saya berpikir keras, mencari langkah-langkah yang belum pernah atau belum optimal dilakukan sebelumnya untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh prodi MaPsi.

Materi Call for Presentation - WIWIN - Magister Psikologi UNAIR

Serupa tahapan yang saya lalui saat mengelola MaPsi, langkah pertama bertugas di Prodi S3 ini saya fokuskan untuk mengevaluasi segala proses yang sudah berlangsung. Satu per satu data saya kumpulkan, baik tentang progres studi mahasiswa, pelaksanaan perkuliahan, pembimbingan disertasi, hingga data terkait administrasi akademik. Simpulan awal yang saya peroleh: Fix, saya punya PR sangat banyak (langsung gulung lengan baju, pakai ikat kepala kuat-kuat, dan ekstra berdo’a agar selamat 😀 ).

Banyaknya PR ini masuk akal, karena memang studi doktoral sendiri adalah puncak dari rangkaian pendidikan formal bagi seorang akademisi atau peneliti. Kurikulum serta kegiatan pembelajarannya dirancang sedemikian rupa untuk memfasilitasi pencapaian target studi yang cukup tinggi dan tidak mudah untuk dilalui.

Jika terkait tugas akhir, misalnya, di S2 hanya ada 2 ujian: Proposal dan Ujian Akhir Tesis; maka di S3 ada 7 rangkaian sidang dan seminar yang setiap saat harus siap dijadwalkan, dengan jumlah penguji 7 hingga 10 orang. Jika di MaPsi dosen yang terlibat dalam perkuliahan maupun ujian hampir seluruhnya berasal dari UNAIR, di S3 sekian banyak proses kuliah dan ujian melibatkan juga dosen dari perguruan tinggi lain sehingga memerlukan pengaturan dan penyesuaian jadwal yang tepat di setiap waktu pelaksanaannya.

Dari sisi mahasiswa berbagai persoalan muncul akibat kurang optimalnya upaya mereka dalam mengelola waktu antara studi dengan tugas-tugas lain (pekerjaan dan keluarga). Beberapa juga mengalami kesulitan dalam membangun kerjasama yang baik dengan para pembimbing. Sementara dari sisi prodi, di usia ke-6 tahun ini memang berbagai sistem dan prosedur yang berlaku masih perlu untuk terus disempurnakan.

ruang KPS S3Jadilah kemudian seolah tidak ada waktu untuk rehat. Sedikit senggang saja sulit didapat, kecuali nekat, hahaha…

Selesai satu tugas, terbitlah tugas berikutnya. Tuntas satu persoalan, muncullah laporan persoalan yang lain. Beruntun begitu dari bulan pertama, hingga sekarang, dan akan demikian seterusnya (tarik napas panjang-panjang……).

Mengeluhkan saya? InsyaAllah tidak, meski sesekali ada rasa penat. Sebaliknya, sebagaimana saat mengelola MaPsi dulu, saya justru ingin bisa berbuat banyak untuk Prodi ini. Membangun sistem yang baik, atmosfir akademik dan budaya belajar yang konstruktif di kalangan mahasiswa.

Bulan-bulan pertama melaksanakan tugas ini, petunjuk alur perkuliahan dan pelaksanaan masing-masing tahapan ujian sudah dapat tersusun untuk membantu mahasiswa mengelola studinya. Sejumlah nilai mata kuliah yang sempat tertunda berhasil diinputkan. Motivasi dan disiplin mahasiswa dalam belajar dan melaksanakan setiap proses akademik perlahan dapat dihidupkan dengan beberapa pendekatan. Workshop dan kuliah tamu untuk pengayaan dari para ahli yang kompeten diadakan. Terlaksana pula program Kolokium Disertasi Psikologi yang bekerjasama dengan Prodi Doktor Psikologi UI, UGM dan UNPAD, yang memberi wadah bagi mahasiswa untuk saling belajar dan berbagi pemikiran dengan rekan S3 dari ketiga perguruan tinggi yang lain. Dan saat ini, rangkaian proses redesain kurikulum untuk semakin memperkuat keunggulan Prodi pun tengah berlangsung.

Bagi saya, tanggung jawab ini adalah juga ladang ibadah. Tugas yang memberi ruang lebih untuk bisa ambil bagian menyiapkan sumberdaya berkualitas yang mampu berkontribusi positif di masyarakat. Mereka yang tidak hanya sekedar menyandang gelar, namun juga unggul dalam keilmuan, dengan sikap dan perilaku yang layak menjadi panutan.

Terlalu muluk ya? Entahlah… Tapi seperti itu memang yang saya pikirkan. Sehingga tak jarang beberapa prinsip membuat saya harus ekstra memberi penjelasan kepada mahasiswa atas prosedur dan aturan yang saya tegakkan. Seringkali bahkan saya harus beradu argumen dengan sesama dosen dalam prodi sendiri selama berjalan beberapa bulan mengelola prodi ini. Seru, hehehe…

Tentu, ke depan masih akan banyak cerita-cerita berikutnya, berbagai pengalaman menantang sebagai pengawal prodi yang bisa saya bagikan. Semoga Tuhan selalu berikan kekuatan, kesabaran, dan kemudahan untuk membawa prodi ini menjadi semakin handal dan terkemuka.

Processed with MOLDIV

Processed with MOLDIV Processed with MOLDIV

 

 

Iklan

1 thought on “Beda Masa, Beda Cerita

  1. Ping balik: Selamat Tinggal 2016, Selamat Datang 2017 | Wiwin Hendriani

Beri Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s