UTS
Damai: Teman-temanku lagi pusing, Mam.
Saya: Kenapa?
Damai: Pusing sama UTS ini.
Saya: Lha, kenapa UTS harus pusing?
Damai: Ya takut ndak bisa ngerjakan soal, takut nilainya jelek.
Saya: ooooo…. lha kamu nggak pusing?
Damai: Enggak.
Saya: Kenapa?
Damai: Ya menurutku UTS itu semacam sambilan.
Saya: Maksudnya gimana?
Damai: Sama aja dengan latihan-latihan soal gitu, jadi ndak usah dipusingkan. Kalau salah ya dibetulkan.
Saya: Sepakat, ujian itu nggak perlu dibuat stres. Kalau soalnya sulit ya dijawab sebisanya, yang penting jujur.
Damai: Iya Mam yang penting jujur. Soalnya kalau sudah banyak takut, kebanyakan jadi nyontek soalnya nggak mau nilainya jelek.
Saya: Nah itu jadinya, jadi nggak betul kan…
Damai: Iya. Makanya aku santai aja. Dapat nilai berapa juga nggak masalah. Mam, main UNO yuk! Habis itu aku mau main piano.. ^.^
*****
CURHAT
Ini adalah sepenggal obrolan Damai dan Su, asisten kami di rumah.
Damai: Mbak Su, mbok kalau mau curhat-curhat itu gantian sama aku aja, jangan sama mama terus
Su: Hahaha.. lha curhat apa lo?
Damai: Ya wis apa aja, kan mbak Su sering curhat soal ini itu ke Mama
Su: Lha mama lek dicurhati enak lo Mai, bisa bikin lebih tenang trus maringi (memberi) saran solusi
Damai: Lho aku yo iso mbak Suuu.. Dadi mbak Su sebagian curhate nyang aku ae.. 😀
*****
NILAI UJIAN
Pulang kampus, sampai rumah disambut dengan cerita Damai.
“Mam, UTS-ku ada satu yang nilainya di bawah 75. Di bawah anak-anak yang lain..”
“Pelajaran apakah?”, tanya saya.
“Kemuhammadiyahan. Hafalannya banyak banget”, jawabnya.
“Iya nggak apa-apalah Mai. Lain waktu kan bisa diperbaiki”
“Iya bisa. Teman-temanku yang sama-sama dapat di bawah 75 pada takut dimarahi mamanya. Kalau aku sih aman-aman aja soalnya aku tahu mamski nggak bakal marah, ya kan Mam?”
“Ya enggaklah, yang penting sudah berusaha dan ngerjakannya jujur. Jujur nggak waktu ujiannya?”
“Jujur kok Mam. Kalau nggak bisa ya njawabnya kukira-kira aja” 🙂
Horeee, beneran masuk blog euuyy… ^^
Keren lah! (Y)
Hihihihi…..akhirnya 😀