Tulisan singkat yang saya bagikan kali ini dimuat di Majalah Muh1da, Edisi 12, Juni 2015.
Adalah tugas orangtua untuk selalu menumbuhkan berbagai hal baik dan perilaku yang positif dalam diri anak. Segala cara akan ditempuh untuk mencapai tujuan ini, meski tak jarang ada orangtua yang merasa kesulitan karena apa yang sudah dilakukan ternyata tidak menunjukkan hasil sesuai harapan. Sebagai contoh, orangtua mengeluh sulit mengajarkan anak rajin membaca; gagal mengendalikan kebiasaan anak menonton TV; tidak berhasil membuat anak sadar beribadah tepat waktu; merasa kewalahan menghadapi kebiasaan jajan mereka, dan lain sebagainya.
Seperti diketahui, belajar terjadi melalui sejumlah proses. Begitu pula dengan belajar berperilaku pada anak. Semakin utuh cara orangtua membimbing dan mengupayakan, hasilnya tentu akan semakin baik. Sebaliknya, mengasuh yang ala kadarnya, sekadar memberikan fasilitas, sekadar memberi instruksi atau memarahi anak saat melakukan kesalahan tentu tidak akan memberi hasil yang maksimal.
Setidaknya, ada 4 langkah yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam menumbuhkan perilaku positif anak melalui pengasuhannya sehari-hari:
1. Mengkomunikasikan dengan jelas
Kata ‘dengan jelas’ ditekankan dengan maksud bahwa komunikasi di sini bukan dilakukan sambil lalu, bukan pula berupa kalimat panjang yang terlalu rumit, atau berbagai pesan yang menjadi samar karena ekspresi emosi ayah/ibu yang berlebihan.
Pada banyak kejadian, anak ternyata tidak memunculkan perilaku yang diharap karena mereka tidak bisa mencerna informasi saat orangtua sendiri tidak fokus ketika menyampaikan. Misalnya, orangtua berbicara pada anak sambil tetap sibuk memperhatikan HP di tangan, atau sambil terus menonton TV. Anak juga sulit menerima informasi jika orangtua banyak berbicara sambil menunjukkan kemarahan; terlalu sering menggunakan kata ‘jangan’ tanpa disertai penjelasan yang cukup; atau berbicara sangat panjang tanpa ada jeda waktu untuk memastikan pemahaman anak.
Karena itu, sikap yang penuh perhatian saat berkomunikasi, mengemas pesan secara sederhana agar mudah dimengerti, dan mengendalikan distraktor emosi saat menjelaskan sesuatu adalah hal-hal yang perlu untuk selalu diusahakan dalam membentuk perilaku.
2. Memberikan contoh
Menumbuhkan kebiasaan berperilaku positif akan selalu membutuhkan contoh nyata. Contoh membantu anak untuk mengetahui secara langsung perilaku baik seperti apa yang dikehendaki. Contoh dari orangtua juga memberikan kesan positif bagi anak bahwa orangtua tidak hanya pandai menuntut tetapi juga bisa melakukan apa yang diminta pada anak. Hal ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi anak untuk terus memenuhinya.
Tidak akan efektif sebuah pembelajaran berperilaku tanpa adanya contoh, terlebih jika orangtua justru menunjukkan perilaku yang sebaliknya. Misal, meminta anak rajin membaca buku sementara diri sendiri nyaris tidak pernah melakukan; melarang anak bermain dengan gadget sementara orangtua setiap saat tampak tidak bisa lepas dari smartphone miliknya; atau menyuruh anak sholat 5 waktu sementara diri sendiri tidak disiplin melakukannya.
3. Memantau proses
Langkah ini penting agar orangtua dapat segera mengetahui perkembangan perilaku anak, sesuai atau tidak dengan yang diharapkan. Kesegeraan mengetahui progres perilaku akan membantu mencegah terjadinya persoalan yang berlarut dan semakin sulit diatasi.
Dalam prakteknya, tidak sedikit dari keluhan bahwa anak sulit diarahkan ternyata justru berawal dari problem pada orangtua sendiri. Mereka banyak memberi instruksi, meminta anak melakukan ini dan itu, namun sedikit meluangkan waktu untuk memastikan apakah anak telah mengerjakan dengan cara yang tepat. Semisal tentang permintaan berperilaku bersih, apakah benar anak sudah membuang sampah di tempat sampah, atau justru meninggalkannya begitu saja di tempat bermain, melemparkan ke got, menyembunyikan di bawah karpet, dan berbagai perilaku tidak tepat lainnya?
Memantau proses juga akan memberi pengertian kepada anak bahwa orangtua memang bermaksud serius dengan apa yang dikatakan, bukan sekedar bicara atau mengomel beberapa saat lalu selesai begitu saja ketika sudah merasa bosan.
4. Memberikan penguatan
Setiap orang ingin dihargai, begitu juga dengan anak. Tidak jarang kegagalan membentuk perilaku juga terjadi karena orangtua lupa menghargai usaha mereka. Akhirnya perilaku yang sebenarnya sudah mulai berubah menjadi kembali mentah karena tidak adanya penguatan. Bukan hanya kecewa terhadap sikap orangtua, tanpa penguatan anak juga kerap tidak tahu bahwa ia sesungguhnya sudah melakukan hal yang benar.
Penghargaan atau apresiasi terhadap usaha anak untuk menguatkan perilaku positifnya tidak harus diwujudkan dalam bentuk barang. Senyum dan pujian yang tulus, komentar baik terhadap anak dengan ekspresi yang membuat mereka nyaman, atau mungkin pelukan adalah hal-hal sederhana yang semua orangtua dapat melakukannya.
Lebih lanjut, keberhasilan empat langkah ini pada akhirnya masih akan ditentukan pula oleh konsistensi orangtua dalam menerapkannya. Semakin konsisten perilaku orangtua dalam mengasuh, semakin optimal hasil yang nantinya tampak pada perilaku anak.