Tentang Cara Marah yang Baik
Sepulang sekolah…
Damai: Tadi Mam, di sekolah pas pelajaran terakhir, tumben-tumbenan teman-temanku itu ruuuame!
Saya: Sibuk cerita-cerita soal liburan?
Damai: Ya wis pokoknya rame sendiri. Sampai bu guru itu marah.
Saya: Oalah…
Damai: Tapi bu guruku yang ini marahnya beda. Nggak pakai mbentak-mbentak atau ngomel-ngomel gitu.
Saya: Lha, trus gimana marahnya?
Damai: Dieeem dulu gitu, trus habis itu diakhiri dengan ceramah. Ceramahnya pakai cerita. Itu cara marah yang aku suka!
Saya: Hehehehe…
Damai: Ya gitu, marahnya dengan ceramah. Trus anak-anak kalau sudah ndengar ceramahnya itu akhirnya banyak yang nangis. Aku juga tadi. Nggak sampai nangis sih, kutahan-tahan.
Saya: Isi ceramahnya tentang apa?
Damai: Ya menyadarkan gitulah intinya. Bu guru cerita, kalau bu guru itu sayang ke murid-murid. Selalu membantu murid-murid kalau kesulitan, ngajarkan yang baik-baik, nggak pernah pilih-pilih. Tapi kenapa kalau bu guru bicara ada saja yang tega nggak ndengarkan. Gitu Mam… Menurutku itu cara marah yang baik. Daripada mbentak atau ngomel tapi yang dimarahi tetep nggak mau sadar…
Saya: Hehehehe… iya bener. Ngomong-ngomong kalau mama marahnya gimana menurutmu? Masuk yang baik atau nggak baik?
Damai: Hihihihi…
Saya: Serius ini…
Damai: Ya baik juga sih, sama kayak bu guru tadi. Kata-katanya Mamski suka bikin nangis menyesal. Tapi ada juga bedanya. Kalau sama bu guru sudah nangis menyesal aja. Kalau sama Mamski… kadang agak ada takut-takutnya juga 😀
Saya: 😀 😀 😀 *lalu mikir*
*****
Tentang Memilih Bacaan/Tayangan yang Baik
Percakapan ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Saya yang buka pembicaraan karena melihat ada sejumlah temannya yang mulai menunjukkan posting ‘nano-nano’ di line.
Saya: Mai, kamu suka baca buku kan ya?
Damai: Iya Mam..
Saya: Semua buku itu apa mesthi isinya bagus?
Damai: Ya belum tentu.. Ada yang jelek juga
Saya: Yang jelek itu kayak apa?
Damai: Ya macem-macem. Bahasanya jelek, isinya nggak jelas..
Saya: Berarti nggak semua buku bagus ya?
Damai: Iya.
Saya: Setuju. Begitu juga dengan TV, dengan internet. Nggak semua isinya bagus. Ada yang jelek juga, yang nggak sopan, macem-macem. Trus kalau ketemu yang kayak gitu, kita musti gimana tu?
Damai: Ya harus pinter-pinter milih aja Mam. Yang jelek nggak usah dilihat. Kalau tahu itu jelek ya dilewati aja.
Saya: Iya, nggak perlu diikuti, meskipun mungkin yang melakukan teman kita sendiri. Kalau ada teman suka ‘misuh-misuh’, atau posting sesuatu yang kita tahu itu nggak baik, ya nggak perlu diikuti. Dia bisa diingatkan syukur, kalau nggak ya sudah, yang penting kita pilih yang baik-baik aja ya..
Damai: Iya Mam..
Saya: Ok, mari kita toss 🙂