Percakapan kali ini tentang “HYO”. Sebuah value tentang bakti kepada orangtua, juga berbagai kebajikan dan sikap-sikap yang utama kepada orang yang lebih tua, yang diajarkan secara turun-temurun di Korea. Mengapa Korea? Ah… sudahlah, tidak perlu panjang dibahas. Sudah jadi rahasia umum kalau saya suka mencermati budaya Korea. Meski bukan berarti saya lebih cinta budaya Korea daripada budaya bangsa sendiri. Itu penyimpulan yang amat sangat tidak keren đ
Nah, ceritanya… sore itu sepulang dari kampus saya meluruskan kaki di ruang belakang sambil nontong arirang, stasiun TV Korea. Tak berapa lama Damai datang, ikut nonton. Acaranya adalah 100 Icons of Korean Culture, dan Damai sudah sering ikut nonton juga.
Damai: Arirang ya Mam? Mbahas apa?
Saya: HYO..
Damai: Apa tu?
Saya:Â Hyo itu kebiasaan orang Korea yang diajarkan terus sejak anak-anak untuk bersikap hormat ke orang yang lebih tua. Nggak hanya di rumah, di sekolah-sekolah, mulai dari anak TK juga sudah ada pelajaran khusus tentang hyo.
Damai: Caranya gimana?
Saya: Cara apanya?
Damai: Ya cara belajarnya
Saya: Ya praktek langsung, kadang sekalian pakai baju tradisional kayak gitu (menunjuk TV). Mereka berlatih bagaimana berbicara yang sopan dengan orang yang lebih tua, memberi hormat, sikap yang benar ketika menyerahkan atau menerima barang, macam-macam, Mai. Misalnya gini ni… (saya lalu mempraktekkan beberapa contoh hal yang dimaksud).
(gambar diambil dari asianliving.me)
(gambar diambil dari http://www.koreansafari.com.au)
Damai: Seru kayaknya ya Mam…
Saya: Di kita juga ada. Kalau orang Jawa menyebutnya tata krama atau unggah-ungguh. Pernah dengar?
Damai: Iya
Saya: Pelajaran tentang bagaimana bersikap yang baik ke orang lain, berperilaku dan berbicara yang sopan, menghormati orang lain, apalagi ke orang yang lebih tua. Kalau di pelajaran agama, disebut dengan adab, isinya tata-cara berperilaku yang baik. Kalau kita melakukannya, berbuat kebaikan ke orang lain, inshaaAllah bisa bernilai ibadah. Bisa dapat pahala. Dan yang penting lagi, dengan bersikap baik ke orang lain, hidup akan lebih menyenangkan karena orang juga akan menghargai kita.
Damai: Kalau di Korea belajarnya sampai ada prakteknya gitu ya Mam?
Saya: Ya begitu itu, kayak yang di tayangan tadi. Jadi yang ditekankan ke anak-anak di rumah dan di sekolah nggak cuma soal pelajaran aja. Soal perilaku yang baik juga dilatihkan betul.
Damai: Kalau di sini nggak terlalu.
Saya: Lha itu sayangnya, jadinya banyak nilai-nilai baik yang anak-anak sekarang tidak mengenal atau jarang melakukan. Makanya Mama sering ngingatkan soal ini. Melakukan sesuatu yang baik kan nggak harus nunggu teman. Kalau teman belum bisa melakukan, kita melakukan duluan kan nggak apa-apa.