Cerita ini adalah catatan kecil rasa syukur saya atas satu pengalaman dalam pengelolaan sebuah program studi. Jadi setelah selesai studi S3 Tahun 2013 lalu, di akhir tahun saya diminta oleh pimpinan fakultas untuk menjadi Koordinator Program Studi (KPS) Magister Psikologi, salah satu dari 3 prodi S2 yang ada di fakultas kami. Prodi yang dipercayakan pengelolaannya kepada saya ini bersifat multidisiplin, berbeda dengan Prodi Magister Profesi yang seluruh mahasiswanya berasal dari S1 Psikologi.
Terkait tugas tersebut, memfasilitasi proses belajar mahasiswa yang berasal dari berbagai macam disiplin ilmu adalah satu tantangan yang harus saya hadapi sebagai pengelola. Keragaman bidang asal yang sangat luas, terbatasnya masa studi, ditambah status mahasiswa yang mayoritas menempuh studi sambil bekerja kerap memunculkan persoalan khas: Proses belajar yang tidak maksimal sehingga berdampak pada kurangnya penguasaan keilmuan yang mampu dicapai dan rendahnya kualitas penelitian yang dapat diselesaikan. Tidak jarang beragam keluhan pun terdengar dari para pengajar, menyayangkan kemampuan akademik mahasiswa S2 multidisiplin yang tidak mencerminkan level studinya.
Jika kondisi khas ini tidak segera diatasi, maka dapat dibayangkan seperti apa kualitas lulusan yang akan dihasilkan. Tentu akan jauh dari istilah kompeten, memiliki daya saing yang rendah, dan justru menjadi lulusan magister psikologi yang kurang memahami ilmu psikologi itu sendiri. Karena itulah sejak SK pengangkatan turun, saya berpikir keras untuk bisa memulai langkah memperbaiki prodi yang berdiri sejak Tahun 2009 ini sedikit demi sedikit.
Ringkas kata, setelah satu kurang lebih tahun berproses, melakukan ini dan itu baik kepada mahasiswa maupun juga dosen pengajar, usaha saya mulai menampakkan hasil. Di akhir Tahun 2014, data Evaluasi Diri Prodi menunjukkan adanya peningkatan pada jumlah lulusan dengan rerata masa studi dan masa penyelesaikan tesis yang makin pendek. Keikutsertaan mahasiswa dalam berbagai forum ilmiah untuk mempublikasikan karya-karya ilmiahnya juga meningkat cukup tajam. Dalam proses pembelajaran di kelas pun beberapa rekan dosen juga menginfomasikan tingkat keaktifan dan kualitas penyelesaian tugas yang lebih baik.
Hasil tersebut berikut proses pencapaiannya kemudian coba saya tuliskan dalam bentuk paper dan saya kirimkan ke Kolokium Psikologi Indonesia XXV. Kolokium ini adalah sebuah acara tahunan yang diadakan oleh Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia (AP2TPI), yang mengumpulkan para pimpinan dan pengelola pendidikan psikologi (S1 sampai dengan S3) dari seluruh Indonesia dalam satu forum pertemuan. Pelaksanaannya sendiri bergilir di kota-kota yang berbeda setiap tahunnya, dan untuk Tahun 2015 ini kebetulan bertempat di Makassar, kota yang belum pernah saya kunjungi.
Kembali ke soal paper, tulisan yang saya ajukan tersebut diterima untuk dipresentasikan pada sesi Berbagi Pengalaman Terbaik dalam Pengelolaan Prodi. Sebanyak 18 slide saya sampaikan saat presentasi selama kurang lebih 30 menit. Dan di akhir sesi, materi presentasi saya mendapatkan tanggapan positif dari peserta. Beberapa KPS Magister Psikologi dari universitas lain bahkan meminta diskusi lebih lanjut tentang detil aktivitas yang sudah saya lakukan berikut contoh materi dan berbagai form kelengkapan pengelolaan prodi yang saya gunakan.
Di luar dugaan saya, panitia kolokium kali ini membuat penilaian terhadap para presenter sesi sharing best practice. Ini hal berbeda dari kebiasaan kolokium sebelumnya. Dan ternyata, materi presentasi saya terpilih menjadi Penampil Terbaik Ke-2 setelah senior dosen dari Universitas Indonesia yang menduduki tempat pertama. Alhamdulillah… syukur tak terhingga atas karunia-Nya. Lepas dari apresiasi ini, yang lebih saya harapkan adalah semoga sedikit pengalaman yang saya bagi, meski kecil tetap dapat memberi kontribusi untuk upaya perbaikan kualitas pendidikan pada Prodi Magister Psikologi di Indonesia.
Ping balik: Catatan Kecil di Malam Tahun Baru | Wiwin Hendriani
Ping balik: Beda Masa, Beda Cerita | Wiwin Hendriani