Tulisan ini sedikit bicara tentang bagaimana saya dan juga suami membantu Damai dalam berlatih piano. Tapi sebelumnya ada satu rekaman latihan Damai di rumah, So This is Love – The Cinderella Waltz:
Yak, jadi Damai ini berbakat sekali di Piano memang mungkin tidak. Ada banyak anak-anak lain yang permainannya jauh lebih bagus dari Damai. Tapi sebagai pengamat perkembangannya di rumah, saya menyadari betul bagaimana kemajuan permainannya tersebut dari waktu ke waktu, juga perubahan kesadarannya untuk semakin aktif dan berinisiatif dalam belajar. Dan itu sangat-sangat saya syukuri.
Nah, kebetulan beberapa waktu lalu saat mengantar Damai mengikuti class concert yang diadakan sekolah musiknya, saya mendapat ‘rejeki nomplok’, ditodong oleh pembawa acara untuk berbagi kepada orangtua murid yang lain tentang dukungan apa saja yang saya berikan selama ini kepada Damai, khususnya dalam mengembangkan kemampuan pianonya. Tidak tahu juga apakah ini karena progres Damai yang memang cukup baik selama belajar di sana, atau karena panitia tahu saya orang psikologi, hehehe… Apapun, akhirnya berceritalah saya.
Saya membatasi jawaban pada hal-hal yang kami lakukan setelah Damai masuk di sekolah musik, menjadi murid piano. Pertama, bentuk dukungan saya dan suami adalah dengan memindahkan Damai dari sekolah musik lamanya ke sekolah yang baru. Tentang hal ini saya sudah pernah menulisnya di “Mundur Selangkah untuk Proses Belajar yang Lebih Baik”. Anda dapat membaca tulisan tersebut untuk memahami mengapa menurut saya ini adalah langkah yang penting untuk membantu pengembangan bakat Damai.
Kedua, mengikuti dan menyimak momen belajar Damai bersama guru. Seperti pernah saya ceritakan juga, saya ini tidak bisa bermain piano. Tapi saya juga tidak mau pasrah begitu saja dengan guru, karena saya sadar bahwa progres belajar anak juga ditentukan oleh konsistensinya belajar di rumah. Nah, saya ingin ambil bagian di sana. Caranya? Saya beruntung sekolah musik Damai memperbolehkan orangtua untuk masuk di ruang les. Saya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memperhatikan betul hal-hal apa yang ditekankan oleh guru selama les, evaluasi apa saja yang diberikan pada Damai, juga bagaimana secara umum proses belajar yang dilakukan, agar saya dapat mengikutinya di rumah. Jika proses belajar di rumah dapat diupayakan sejalan dengan di sekolah atau tempat les, tentu hasilnya akan lebih optimal. Beruntung juga dalam hal ini telinga saya cukup bisa diandalkan untuk mengenali nada, selain masih ada kemampuan yang pas-pasan untuk membaca not balok. Jadi sisa-sisa pelajaran seni musik jaman sekolah dulu masih bisa difungsikan untuk mendampingi Damai berlatih di rumah, meskipun senyatanya saya tidak bisa memberi contoh untuk memainkan pianonya 😀
Ketiga, menjadi penggemar setianya, seperti yang pernah saya tulis di “Catatan Kecil Tentang Pengembangan Bakat Anak”. Langkah ini dari pengalaman saya cukup berefek positif terhadap motivasi Damai untuk rajin berlatih sendiri tanpa banyak diingatkan. Berkata misalnya, “Mama kok sudah kangen dengar kamu main piano ya Mai. Main dong, biar capeknya mama hilang…”; Menunjukkan antusiasme dalam mendengarkan permainannya; dan Memberikan apresiasi setelah ia selesai bermain adalah hal-hal kecil yang saya upayakan selalu ada.
Keempat, mencoba memberi tantangan yang tetap tidak keluar dari level kemampuannya. Saya sering mengusulkan pada Damai untuk mencoba memainkan sejumlah materi yang belum pernah diajarkan oleh guru, tetapi tetap saya pastikan dulu bahwa itu sesuai untuknya (tidak terlalu mudah ataupun terlalu sukar). Baru setelah ia mencoba memainkan di rumah, pada pertemuan belajar berikutnya di tempat les Damai akan mengkonsulkan dan meminta feedback dari guru atas permainannya. Tiga video berikut adalah contoh permainan Damai hasil belajarnya sendiri di rumah dari materi yang saya usulkan, Once Upon a Dream (OST Sleeping Beauty), Menuett G durr BWV Anh 114 – Bach, dan Little Serenade – J.Haydn:
Kelima, seperti yang juga disarankan oleh Miss Mita, guru Damai, tidak jarang saya dan suami sering mengajak Damai menonton beberapa video piano lewat youtube. Hal ini sedikit banyak memperkaya wawasan Damai, baik tentang sejumlah materi lagu maupun segala sesuatu yang terkait performance seorang pemain piano. Biasanya setelah nonton saya mengajak Damai untuk mendiskusikan video-video tersebut dan menyimpulkan pelajaran apa yang sudah ia dapat.
Keenam, menjadi partnernya dalam bermusik. Maksudnya? Ya saya kan tidak bisa bermain piano. Bisanya nyanyi dengan suara yang pas-pasan, hehehe… Tapi sudah cukuplah untuk membuat variasi suasana berlatih di rumah agar tidak monoton. Pada beberapa partitur yang ada liriknya dan saya cukup tahu lagunya, saya biasanya ikut menyanyi. Kadang justru Damai sendiri yang meminta, lalu dia bermain peran sebagai pianis yang sedang mengiringi orang bernyanyi. Seperti saat memainkan Landler in F Major di rekaman berikut ini:
Jadi begitulah. Pendek kata, segala cara bisa ditempuh untuk bisa membantu Damai mengembangkan bakatnya. Semakin kreatif kita, semakin enjoy anak dalam proses belajarnya, semakin tekun ia berlatih, maka akan semakin baik pula perkembangan kemampuan yang dihasilkan nantinya 🙂
Salam kenal Ibu Wiwin, Bagus sekali suaranya..
dan semoga terus meningkat kemampuan bermain pianonya Damai. 🙂
Salam kenal kembali…
Waduh! Saya super malu! hahaha…
Secara suara nggak karu-karuan, cuma modal nekat aja 😀
Amin… Terima kasih support-nya untuk Damai.
Ping balik: Damai, Ujian Royal, dan Sebuah Catatan Reflektif untuk Saya | Wiwin Hendriani