Jumat minggu lalu adalah kali kesekian saya berbicara tentang pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) di depan para orangtua yang memang memiliki anak-anak istimewa tersebut. Menyenangkan bisa berbagi dan saling belajar. Seperti diketahui, tidak sedikit dari orangtua ABK yang masih memiliki persoalan dalam menerapkan pengasuhan yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan anak-anak mereka. Beberapa karena orangtua sendiri pada dasarnya masih belum menerima keberadaan si anak dan cenderung terpengaruh oleh stigma yang salah kaprah di masyarakat bahwa anak berkebutuhan khusus tidak akan pernah bisa berhasil dalam hidup, bahwa ABK hanya bisa bergantung pada orang lain, bahwa memiliki ABK adalah hal yang memalukan keluarga, dan berbagai persepsi negatif semacamnya. Sejumlah orangtua yang lain masih belum optimal dalam mengasuh karena kurangnya pemahaman terhadap kondisi dan karakteristik kebutuhan khusus anak itu sendiri.
Melalui materi singkat yang saya sampaikan (karena alokasi waktu yang memang sangat terbatas hari itu), saya hanya ingin menegaskan pentingnya orangtua memiliki keyakinan akan kemampuan anak, bahwa mereka juga bisa mencapai prestasi tertentu lewat beragam jalan. Terlepas dari kekurangannya, setiap individu pasti juga memiliki kelebihan. Demikian pula dengan ABK. Tugas orangtua dalam hal ini adalah menemukan kelebihan atau kekuatan yang dimiliki anak, untuk kemudian terus diasah dan diperkuat hingga nantinya bisa menjadi jalan bagi anak untuk mampu berhasil dalam hidup.
Saya juga mengingatkan kembali bahwa pada prinsipnya mengasuh dan mendidik ABK tidaklah berbeda dengan mengasuh anak-anak lain pada umumnya. Mengasuh adalah seni untuk memberikan support dan kontrol secara tepat dan proporsional demi perkembangan anak yang optimal. Memberikan berbagai stimulasi dan penguatan perilaku yang benar adalah contoh kecil dari sebuah support. Sementara mengendalikan perilaku yang tidak diinginkan adalah bagian dari sebuah kontrol. Hanya saja pada ABK, support dan kontrol yang diterapkan oleh orangtua harus lebih intens, dengan cara-cara yang menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak. Orangtua juga harus pandai mengelola emosi sendiri sehingga tidak berpengaruh negatif terhadap interaksinya dengan anak.
Berikut adalah ppt materi yang saya sampaikan dalam forum tersebut:
Terimakasih sharingnya plus materi power-point yang bermanfaat ini ya, bu Wiwin.
Dari mereka yang berhasil pola pengasuhannya, berpendapat bahwa memperlakukan ABK seperti halnya anak normal. Dan dukungan kuat dari lingkungan terdekatnya itu juga menjadi faktor utama keberhasilan.
Ada seorang ibu diplomat (namanya ibu Endang Irawan, kini di AS) yang memiliki putra difabel (tuna netra), dengan sentuhannya bersama suaminya, seperti tips yang bu Wiiwin sampaikan di atas, beliau berhasil mencetak putranya itu menjadi pianis yang mendunia.
Beliau membagikan tips-tips pengasuhan putranya tersebut melalui email, kemudian setelah mendapat ijin dari beliau, saya sharing prinsip-prinsip beliau di blog saya agar menjadi pelajaran bagi masyarakat luas, dan beliau juga berkomentar di sana. Siapa tahu kelak ibu juga bisa menjalin hubungan dengan beliau untuk berbagi pengetahuan. Ini link-nya:
http://iwanyuliyanto.wordpress.com/2013/07/30/pola-pengasuhan-anak-difabel-yang-berprestasi-mendunia-1/
Saya bagi menjadi 5 halaman dalam 1 jurnal. Semoga bermanfaat.
Terima kasih sharingnya Pak Iwan… Sangat bermanfaat.