15 thoughts on “Singkat Mengenal Apa Itu Resiliensi (ppt)”
Maaf mbak mau tanya: apa perbedaan antara resiliensi, ego sthreng dan adversity question?. Saya masih agak bingung membedakannya. Trimakasih atas jawabannya.
Bicara tentang berbagai konsep psikologi itu memang menantang. Salah satunya karena ada banyak konsep yang saling beririsan, saling mirip satu sama lain. Seperti saling beririsannya self esteem, self confident, dan self-self yang lain; atau beda-beda tipisnya antara perilaku koping, adaptasi, dan adjustment; dsb. Begitu juga antara resiliensi dengan sejumlah konsep lain yang mirip.
Meski beririsan, setiap konsep punya stressing point sendiri-sendiri, punya fokus sendiri-sendiri. Akan lebih baik ketika akan membedakan kita merunut lebih dahulu akar dari masing-masing konsep tersebut.
Ego strength kalau tidak salah berasal dari psikoanalisis Freud. Konsep ini menjelaskan tentang kemampuan dari ego untuk secara efektif menghadapi/merespon berbagai dorongan yang berasal dari id, superego, dan berbagai realitas yang ditemui oleh individu. Konsep ini berada di seputar kajian tentang personality/kepribadian.
Sementara adversity quotient berada di area kecerdasan, berbicara kapasitas seseorang untuk bisa menghadapi kesulitan dan pada akhirnya mampu meraih sukses.
Resiliensi tidak membahas tentang kecerdasan, tidak pula memusatkan perhatian pada kepribadian seseorang. Meskipun antar ketiganya saling terkait. Seorang yang resilien mungkin adalah mereka yang memiliki ego strength tinggi dan/atau AQ yang tinggi pula.
Semoga balasan ini semakin membuat mbak Umi penasaran untuk terus menggali detil perbedaan ketiga konsep tersebut melalui berbagai macam sumber literatur 🙂
trimakasih atas jawabannya, tapi saya masih penasaran, sebenarnya faktor yang paling kuat mempengaruhi resiliensi seseorang itu apa ya? apakah kognitifnya, emosinya, sikapnya, perilakunya atau faktor protektif (significant others ) ? Mbak ngendikan, resiliensi tidak membahas kecerdasan, saya jadi tambah bingung nich mbak….bukankah orang yang resilien itu tentu juga cerdas (akalnya), sehingga dia mampu menghadapi adversitas? Lalu apa bedanya kecerdasan dengan kepintaran (akal, intelektualitas) itu? Maaf ya mbak, pertanyaannya sangat banyak. Saya tunggu jawabannya
Hehehehe….diskusi itu asik kok mbak ^.^
Apa hal terkuat yang mempengaruhi resiliensi? Bisa berbeda-beda antar individu. Tidak bisa digeneralisasikan antara satu orang dengan orang yang lain.
Soal faktor protektif, itu bukan hanya significant others. Coba kalau ada waktu mbak baca lagi definisi faktor protektif. Karena sudah banyak artikel yang cukup mudah diakses menjelaskan bahwa faktor protektif tidak hanya berasal dari luar diri individu 🙂
Soal resiliensi vs kecerdasan, yang saya maksud adalah bahwa resiliensi secara definisi memang bukan sebuah konsep tentang kecerdasan. Tapi seperti yang sempat saya tuliskan terdahulu, antara resiliensi dan kecerdasan bisa saling berhubungan.
Bedanya kecerdasan dengan kepintaran? Hmmm…..kalau kepintaran mungkin lebih ke istilah sehari-hari ya mbak…. Seringkali kata kepintaran disebut-sebut orang untuk menunjuk maksud yang sama dengan kecerdasan. Biar bahasanya lebih mudah dipahami. Meskipun beberapa orang berkata, “Anak itu nggak cerdas, tapi pinter…” Saya sendiri bingung tu maksudnya bagaimana, hahaha…. 😀
Kalau di psikologi konsep yang dipelajari adalah tentang kecerdasan/intelegensi. Kecerdasan itu istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan kapasitas berpikir seseorang yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan biasanya diukur dengan menggunakan tes IQ.
Baca postingan ini, bikin saya nostalgia ke waktu mengerjakan skripsi & diskusi dengan bu Wiwin.. Juga ketika akhirnya skripsi saya diuji oleh bu Wiwin… hihihihi… 🙂
maaf saya mau tanya,,sebenarnya apa perbedaan antara resiliensi dengan adversity??
krena yg saya tahu resiliensi dan adversity itu sama-sama kemampuan untuk bertahan dari masalah atau tekanan..saya bingung..tolong dibantu ya bu..terima kasih
Jawaban saya secara ringkas sebenarnya sudah ada di atas (saat menjawab pertanyaan mbak Umi Rohmah). Untuk melengkapinya lagi, ini ada beberapa link tulisan yang mungkin bisa dipelajari:
selamat siang ibu, saya mau tanya.. kira-kira menurut ibu.. kaitannya antara hardiness sama resiliensi itu apa ya bu? apa sebenarnya sama saja? trims ibu.. 🙂
Halo… Memang ada banyak orang yang menyamakan antara resiliensi dan hardiness, sebab dua-duanya berbicara tentang orang-orang yang tangguh, yang mampu menghadapi persoalan dan kesulitan dengan sikap dan perilaku yang positif. Namun secara teoritik sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Hardiness berbicara tentang karakteristik kepribadian, atau ada juga yang menyebutnya sebagai tipe kepribadian, sehingga akarnya lebih pada teori-teori kepribadian. Sementara resiliensi lebih menekankan pada sebuah proses koping dan adaptasi yang mungkin akan dapat dicapai oleh siapapun dalam perjalanan hidupnya. Perbedaan dasar teoritik ini tentunya akan membedakan cara kita memandang seorang yang resilien. Bagi yang menggunakan konsep hardiness, seorang yang resilien adalah seorang yang memiliki kepribadian tangguh (hardy personality). Hanya orang dengan kepribadian tangguh inilah yang akan mencapai resiliensi. Namun dalam sudut pandang teori resiliensi, setiap orang, siapapun, akan bisa menjadi resilien, karena ada banyak faktor baik internal maupun eksternal yang akan mendorong dan berperan dalam proses pencapaiannya 🙂
bu saya mau bertanya lalu apa bedanya resiliensi hardiness dan ketangguhan mental ? apakah hadriness dapat dikatan sama saja seperti ketangguhan mental ?karena diatas ibu bilang bahwa hardiness sebagai salah satu tipe kepribadian. dan dengan menggunakan konsep hardiness orang yang resiliensi adalah orang yang memiliki kepribadian yang tangguh.
Agar saya tidak salah menjawab, dapatkan saya diinformasikan terlebih dahulu istilah asli dari “ketangguhan mental” yang dimaksud? Sebab seringkali beberapa konsep yang dalam bahasa aslinya memiliki pengertian berbeda, begitu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia ternyata si penerjemah menggunakan istilah terjemahan yang sama, sehingga membingungkan.
Maaf mbak mau tanya: apa perbedaan antara resiliensi, ego sthreng dan adversity question?. Saya masih agak bingung membedakannya. Trimakasih atas jawabannya.
Bicara tentang berbagai konsep psikologi itu memang menantang. Salah satunya karena ada banyak konsep yang saling beririsan, saling mirip satu sama lain. Seperti saling beririsannya self esteem, self confident, dan self-self yang lain; atau beda-beda tipisnya antara perilaku koping, adaptasi, dan adjustment; dsb. Begitu juga antara resiliensi dengan sejumlah konsep lain yang mirip.
Meski beririsan, setiap konsep punya stressing point sendiri-sendiri, punya fokus sendiri-sendiri. Akan lebih baik ketika akan membedakan kita merunut lebih dahulu akar dari masing-masing konsep tersebut.
Ego strength kalau tidak salah berasal dari psikoanalisis Freud. Konsep ini menjelaskan tentang kemampuan dari ego untuk secara efektif menghadapi/merespon berbagai dorongan yang berasal dari id, superego, dan berbagai realitas yang ditemui oleh individu. Konsep ini berada di seputar kajian tentang personality/kepribadian.
Sementara adversity quotient berada di area kecerdasan, berbicara kapasitas seseorang untuk bisa menghadapi kesulitan dan pada akhirnya mampu meraih sukses.
Resiliensi tidak membahas tentang kecerdasan, tidak pula memusatkan perhatian pada kepribadian seseorang. Meskipun antar ketiganya saling terkait. Seorang yang resilien mungkin adalah mereka yang memiliki ego strength tinggi dan/atau AQ yang tinggi pula.
Semoga balasan ini semakin membuat mbak Umi penasaran untuk terus menggali detil perbedaan ketiga konsep tersebut melalui berbagai macam sumber literatur 🙂
trimakasih atas jawabannya, tapi saya masih penasaran, sebenarnya faktor yang paling kuat mempengaruhi resiliensi seseorang itu apa ya? apakah kognitifnya, emosinya, sikapnya, perilakunya atau faktor protektif (significant others ) ? Mbak ngendikan, resiliensi tidak membahas kecerdasan, saya jadi tambah bingung nich mbak….bukankah orang yang resilien itu tentu juga cerdas (akalnya), sehingga dia mampu menghadapi adversitas? Lalu apa bedanya kecerdasan dengan kepintaran (akal, intelektualitas) itu? Maaf ya mbak, pertanyaannya sangat banyak. Saya tunggu jawabannya
Hehehehe….diskusi itu asik kok mbak ^.^
Apa hal terkuat yang mempengaruhi resiliensi? Bisa berbeda-beda antar individu. Tidak bisa digeneralisasikan antara satu orang dengan orang yang lain.
Soal faktor protektif, itu bukan hanya significant others. Coba kalau ada waktu mbak baca lagi definisi faktor protektif. Karena sudah banyak artikel yang cukup mudah diakses menjelaskan bahwa faktor protektif tidak hanya berasal dari luar diri individu 🙂
Soal resiliensi vs kecerdasan, yang saya maksud adalah bahwa resiliensi secara definisi memang bukan sebuah konsep tentang kecerdasan. Tapi seperti yang sempat saya tuliskan terdahulu, antara resiliensi dan kecerdasan bisa saling berhubungan.
Bedanya kecerdasan dengan kepintaran? Hmmm…..kalau kepintaran mungkin lebih ke istilah sehari-hari ya mbak…. Seringkali kata kepintaran disebut-sebut orang untuk menunjuk maksud yang sama dengan kecerdasan. Biar bahasanya lebih mudah dipahami. Meskipun beberapa orang berkata, “Anak itu nggak cerdas, tapi pinter…” Saya sendiri bingung tu maksudnya bagaimana, hahaha…. 😀
Kalau di psikologi konsep yang dipelajari adalah tentang kecerdasan/intelegensi. Kecerdasan itu istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan kapasitas berpikir seseorang yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan biasanya diukur dengan menggunakan tes IQ.
Baca postingan ini, bikin saya nostalgia ke waktu mengerjakan skripsi & diskusi dengan bu Wiwin.. Juga ketika akhirnya skripsi saya diuji oleh bu Wiwin… hihihihi… 🙂
Aaaa…….iya! 😀 Tapi jangan diceritakan proses ujiannya ya Hida, wkwkwkwk…….
Hahahaha… Itu berkesan banget deh pokoknya… Smp skr saya msh inget detilnya & satu pertanyaan ibu yg bikin saya gelagapan jawabnya :))
Sssssssttttttttttt…………! Hihihihihi……. 😀
maaf saya mau tanya,,sebenarnya apa perbedaan antara resiliensi dengan adversity??
krena yg saya tahu resiliensi dan adversity itu sama-sama kemampuan untuk bertahan dari masalah atau tekanan..saya bingung..tolong dibantu ya bu..terima kasih
Jawaban saya secara ringkas sebenarnya sudah ada di atas (saat menjawab pertanyaan mbak Umi Rohmah). Untuk melengkapinya lagi, ini ada beberapa link tulisan yang mungkin bisa dipelajari:
Klik untuk mengakses 017-ICEBI2013-Y10022.pdf
Klik untuk mengakses otago014890.pdf
http://bruceelkin.hubpages.com/hub/Success-Means-Taking-Adversity-In-Stride
🙂
selamat siang ibu, saya mau tanya.. kira-kira menurut ibu.. kaitannya antara hardiness sama resiliensi itu apa ya bu? apa sebenarnya sama saja? trims ibu.. 🙂
Halo… Memang ada banyak orang yang menyamakan antara resiliensi dan hardiness, sebab dua-duanya berbicara tentang orang-orang yang tangguh, yang mampu menghadapi persoalan dan kesulitan dengan sikap dan perilaku yang positif. Namun secara teoritik sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Hardiness berbicara tentang karakteristik kepribadian, atau ada juga yang menyebutnya sebagai tipe kepribadian, sehingga akarnya lebih pada teori-teori kepribadian. Sementara resiliensi lebih menekankan pada sebuah proses koping dan adaptasi yang mungkin akan dapat dicapai oleh siapapun dalam perjalanan hidupnya. Perbedaan dasar teoritik ini tentunya akan membedakan cara kita memandang seorang yang resilien. Bagi yang menggunakan konsep hardiness, seorang yang resilien adalah seorang yang memiliki kepribadian tangguh (hardy personality). Hanya orang dengan kepribadian tangguh inilah yang akan mencapai resiliensi. Namun dalam sudut pandang teori resiliensi, setiap orang, siapapun, akan bisa menjadi resilien, karena ada banyak faktor baik internal maupun eksternal yang akan mendorong dan berperan dalam proses pencapaiannya 🙂
bu saya mau bertanya lalu apa bedanya resiliensi hardiness dan ketangguhan mental ? apakah hadriness dapat dikatan sama saja seperti ketangguhan mental ?karena diatas ibu bilang bahwa hardiness sebagai salah satu tipe kepribadian. dan dengan menggunakan konsep hardiness orang yang resiliensi adalah orang yang memiliki kepribadian yang tangguh.
Terimakasih atas penjelasanya
Agar saya tidak salah menjawab, dapatkan saya diinformasikan terlebih dahulu istilah asli dari “ketangguhan mental” yang dimaksud? Sebab seringkali beberapa konsep yang dalam bahasa aslinya memiliki pengertian berbeda, begitu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia ternyata si penerjemah menggunakan istilah terjemahan yang sama, sehingga membingungkan.
Ping balik: Resiliensi Anak Berkebutuhan Khusus | Wiwin Hendriani