Saat 1 semester yang lalu mendapatkan pengumuman dari Ketua Departemen bahwa dia menjadi mahasiswa bimbingan skripsi saya yang baru, jujur awalnya sempat under-estimate. Kenapa? Di KTM-nya tertulis angkatan 2006! Hooo… sudah semester berapa tu? Baru ambil skripsi… Maka yang terbayang kemudian adalah proses bimbingan yang bakal menguras energi, karena si mahasiswa tidak cukup punya niat untuk mengerjakan, plus mungkin juga agak lelet menangkap informasi, hehehe… (ma’aaap… :D)
Dan waktu bimbingan pun berjalan. Perlahan tapi pasti, dia membalikkan sangkaan saya semula. Rajin, berusaha sungguh dalam mengerjakan penelitiannya, dan ternyata… dia mahasiswa yang pintar sodara-sodara! (Biasa aja Lil, nggak usah pake adegan tersipu-sipu… :D) Meskipun dengan menyebalkannya berulang kali dia bilang bahwa dirinya tidak punya kemampuan yang bisa dibanggakan (ckckck… teganya sama diri sendiri…).
Hal pertama yang saya ingat mulai menggugurkan hipotesis saya tentangnya adalah di masa awal bimbingan (kalau tidak salah pertemuan kedua), dia berani mendebat kritik yang saya berikan pada salah satu bagian tulisannya. Bukan debat kosong asal ngeyel, tapi dia punya dasar ilmiah dari literatur yang dibacanya.
Kedua: 5 kali merevisi Bab I, 3 kali merevisi Bab II, 3 kali merevisi Bab III, 2 kali merevisi Bab IV, dan 2 kali merevisi Bab V, semua dilakukan dalam jarak waktu yang tidak terlalu lama (baca: nggak pake molor lama). Ya sempat sih molor… tapi hanya sebentar, dan segera insyaf kembali ke jalan yang benar.
Hal ketiga yang saya suka adalah kemauannya untuk membaca buku, baik terkait teori yang digunakan dalam tinjauan pustaka, maupun buku tentang metodologi penelitian. Dia mengimpor buku Renwick (bener nggak ini tulisannya?) tentang kualitas hidup dari negara asalnya sana. Dia memilih memfotokopi buku Boyatzis saya untuk belajar tentang analisis tematik, daripada hanya bertanya apa isinya, atau meminta ppt saya. Dia mau belajar mandiri, tidak menggantung pada suapan dosen pembimbing. Dan ketika saya tanya, saat kami mendiskusikan hasil bacaannya, saya bisa menangkap bahwa dia memang benar-benar belajar.
Jujur, ini pertama kalinya saya mengapresiasi mahasiswa bimbingan saya lewat tulisan yang agak panjang. Because I’m proud of you, Lila… Apapun nilainya, meski ada yang memang belum optimal karena waktu pengerjaan yang terbatas (jadi ingat kebutanmu dan episode bimbingan online di libur natal yang mepet deadline), tapi proses belajarmu adalah hal yang jauh lebih berharga. Selamat ya nduk… π
Ibuuu… Ibu ini mah lebay banget Ibu… bukan tersipu2 lagi tapi wes guede kepalaku… eniwei, terlepas dari keinginan besar saya buat mbusek kata pintar di atas.. semuanya yang terjadi hari ini gak lepas dari bimbingan bu wiwin yang super keren, super sabar bukan hanya ngingetin buat tetap ngerjain tapi juga sabar ngadepin mahasiswi keras kepala seperti saya yang doyan ngeyel (banget), padahal pemahaman belum mateng (banget) dan doyan curhat yang gak jelas (banget).. maaf ya bu kalo ada salah-salah kata selama saya bimbingan sama ibu.. terima kasih, terima kasih, terima kasih berjuta-juta terima kasih buat ibu…
dan yes, apapun nilainya nanti, saya udah bangga banget nget nget.. dan juga bangga pernah di bimbing sama dosen seluar biasa Ibu…sekali makasih ibu… hehe…
Weeeeekkk! Kamu yo ndak kalah lebay Lil, hahahaha…… π
mbak wiwin mah emang ibu dosen yang sabar dan pintar.
bunda damai ini tau bagaimana cara menjelaskan materi dengan cara yang runtut dan koheren. dia ahlinya dalam melakukan tugas itu.
#testimoni
π
Hwaduuuuuu…….opo-opoan Mia iki, wkwkwkwk…… (sambil ngecek ukuran kepala, moga-moga nggak berubah) π
Saya pernah menjadi mahasiwa abadi, bahkan akhirnya mengajukan rancangan skripsi ketika tiga adik kelas saya sudah jadi dosen. Sekarang saya juga belum lulus hahahaha.
Yah mungkin saya yang payah. Orang lain sih bilang saya enak, karena di luar kampus saya pernah punya kegiatan di sebuah lembaga yang isinya juga dosen-dosen saya, sejak dosen baru yang adik kekas sampai dosen lama yang ketua jurusan dan bekas ketua jurusan — bahkan akhirnya ada dosen eks-adik angkatan yang menawarkan diri jadi pembimbing.
Mereka bosan menagih saya karena motivasi saya rendah.
Ndak apa-apa mas Antyo…Habis gimana lagi kalau memang ada pilihan lain yang lebih menarik daripada skripsi ya, hehehe… Semuanya pilihan kok π
Bu Wiwin sih memang jos gandos di dalam & luar kampus! π
Kata-katanya bagaikan pelita dalam kegelapan, laksana embun penyejuk dalam kehausan π
Lha duluu..3 tahun yang lampauu, aku malah jarang bimbingan (maaf Buuu!), (untungnya) skripsi jadi tepat pd waktunya, diuji sama Bu Vero & Bu Fitri, eehh habis sidang hatiku diobrak-abrik (sebenarnya sih kaget banget, tapi pura-pura tenang ajaa), hahaaa…
Bimbingan lagi aahh! π
Waaaa…….ada bimbingan skripsiku yang dulu sukses dapet A!!!
Sayangnya jaman kamu lulus aku belum ngeblog Tik.
Padahal kisahmu juga potensial untuk diabadikan, hihihi…
Ayo sana kamu ambil S2, trus bimbingan lagi episod berikutnya π
uuii…kenceng banget teriaknya, jadi malu π
waduuhh…yang diabadikan bagian akhir sidang ajaaa..
sedang mempertimbangkan S2, perlu pencerahan dulu nih dari Bu Wiwin (karena ini aku dalam masa ga nggenah) π
ke kampus lagi aah…
Lho, sik, sebentar…..emmm…..pernah nggenah ya Tik? Wkwkwkwk…..
Masih mengabdi sebagai ibu guru?
Ayo main ke kampus, lalu dongengi aku dengan ceritamu yang selalu seru itu π
oiyaa ding, ga pernah nggenah yaakk, tapi kan lumayan, pernah ikut kesyuting Trans7, hihihiii…
iyaa dunk, menggapai cita-cita masa kecil: guru di kampung, selamanya kalau bisa π
eeh yang jagoan dongeng sih ibunya Damaiii…
bulan depan deh ke kampus, sepertinya ada libur sekolah π