Jurus-Jurus “Maut” Penghenti Tangis

Gerak cepat menghentikan tangis anak pada banyak ibu sudah nyaris menjadi sebuah reflek. Dengan sigap, segala macam jurus pun dikeluarkan begitu suara isak atau teriakan anak terdengar. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang menggunakan jurus-jurus “maut” dengan sangat konsisten.

Sayangnya tidak banyak yang menyadari bahwa tidak semua jurus ampuh itu berdampak baik terhadap perkembangan anak. Sejumlah diantaranya ternyata bisa berbuntut panjang yang tidak jarang memunculkan problem baru bagi anak maupun ibu sendiri di kemudian hari. Nah, seperti apa contohnya?

1. Seorang anak terjatuh saat berlarian di depan rumah. Karena tergores lantai semen yang kasar, lutut si anak pun sedikit berdarah. Si anak menangis cukup keras. Bermaksud menghentikan tangisan anaknya, ibu pun berkata, “Siapa yang nakal?! Ooo…. lantainya ya? Memang ini lantainya nakal!!! Sudah nih, sudah ibu pukul (sambil memukul lantai). Kamu diam ya….” 

2. Entah saking terbawa gemas oleh perilaku suami yang mengesalkannya, seorang ibu sangat konsisten berkomentar begini setiap kali mendengar anaknya yang baru berusia 2 tahun menangis: “Kenapa dek? Bapak nakal ya? Iya, bapak nakal? Diapakan tadi sama bapak? Dipukul aja ya bapak habis ini?” Padahal yang sebenarnya, tangis si anak sama sekali tak ada urusannya dengan si bapak.

3. Kata-kata manis lain saat anak menangis meminta lagi makanan kesukaannya yang baru saja habis misalnya: “Sudah diam! Iya-iya, ayo wis, kita beli permen lagi sekarang..” 

Hmm… dari tiga contoh di atas, proses pembelajaran apa yang tanpa sadar sedang dilakukan oleh ibu?

1. Mencari objek yang bisa disalahkan atas setiap kesulitan atau ketidaknyamanan yang dirasakan. Jika ini terus menerus dilakukan, ibu bukannya memfasilitasi anak untuk belajar mengkoreksi diri ketika ia melakukan kesalahan, tapi justru mencari kambing hitam atas segala sesuatu yang dialami (contoh 1 & 2). Aduh… jangan dong…

2. Memberi contoh pada anak untuk membalas hal yang tidak menyenangkan dengan hal yang tidak menyenangkan lainnya (contoh 1 & 2). Serem ih!

3. Menyebarkan virus “permusuhan” atau sikap negatif terhadap orang-orang tertentu pada anak (contoh 2). O lala… ini racun, temans! Kan lebih baik mendidik anak untuk cinta damai, untuk menghargai dan menghormati orang lain. Terlebih dengan orangtua sendiri…

4. Menguatkan perilaku anak yang salah, karena setelah ia merengek dan menangis, ibu justru memberi reward anak dengan sesuatu yang disukainya (contoh 3). Salah kaprah jadinya. Bukan perilaku positif yang menguat, tapi justru perilaku yang negatif… (Terkait poin ini, sila baca juga tulisan “Saat Anak Menangis Meraung-Raung…”)

Jadi…. dari pada nanti terlanjur kenapa-kenapa, tidak ada salahnya lho… meninjau kembali jurus-jurus yang selalu kita gunakan selama ini. Memastikan saja bahwa itu tidak “menyesatkan” anak pada akhirnya nanti… 🙂

Iklan

2 thoughts on “Jurus-Jurus “Maut” Penghenti Tangis

  1. Salam,
    Saya mau bantu Bu Dosen sedikit. Ini saya cantumkan link ke entri “Saat Anak Menangis Meraung-raung”, seperti yg disarankan dibaca di atas.
    https://wiwinhendriani.com/2011/08/21/saat-anak-menangis-meraung-raung…/#more-170
    Saya kepingin baca entri ini, jadinya telusur teruuuuuuuuus ke entri2 lama. Habisnya Bu Dosen gak cantumkan link-nya, cm judulnya doang hehehe…
    Bu Wiwin tulisannya bagus-bagus!
    Tetap berbagi cerita dan berkarya ya Bu!

Beri Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s