Resiliensi dan Kesehatan

Apa keterkaitan antara resiliensi dengan kesehatan? Hasil sejumlah studi, baik secara langsung maupun tidak telah berusaha menjelaskannya. Seperti diketahui, Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 telah memberikan batasan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan ini didasarkan pada cakupan terbaru kesehatan yang ditetapkan oleh WHO, yang menegaskan bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik saja, namun mencakup pula aspek mental, sosial, dan bahkan produktivitasnya. Dengan demikian, penjelasan tentang keterkaitan antara resiliensi dengan kesehatan juga diberikan dengan mengikuti batasan tersebut, dan bukan hanya sehat dalam pengertian fisik.

Resiliensi dalam hal ini merupakan jalan bagi seseorang untuk dapat meningkatkan kesehatannya, yang diawali dengan sehat secara mental (Walsh, 2006). Resiliensi memungkinkan individu untuk tetap fokus pada persoalan yang dihadapi tanpa larut pada perasaan/pikiran yang negatif, sehingga lebih lanjut mampu mengatasi risiko depresi maupun gangguan psikologis yang lain. Resiliensi sebagai pemegang peranan kunci dalam mencapai perkembangan manusia yang sehat antara lain dikemukakan oleh Wyman, et al (1992), dan Wolin & Wolin (1993, dalam Cleveland, 2003).

Sejumlah fakta juga menunjukkan bahwa terapi-terapi kognitif yang berbasis aspek-aspek resiliensi efektif untuk mengatasi depresi (Reivich & Shatte, 2002). Dikatakan oleh Sturgeon & Zautra (2010), resiliensi merupakan sebuah paradigma yang relatif baru, yang membantu individu dalam beradaptasi secara positif terhadap perasaan sakit yang kronis (chronic pain). Adaptasi positif ini selanjutnya akan membantu individu untuk dapat bertahan dalam proses pengobatan dan menjalani upaya penyembuhannya dengan lebih baik.

Kata ‘sehat’ bahkan digunakan secara langsung oleh Reivich & Shatte (2002), dan Ungar (2004) dalam mendefinisikan resiliensi. Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Sementara Ungar (2004) mendefinisikan resiliensi sebagai suatu istilah yang menggambarkan (kondisi) individu yang sehat di tengah-tengah kondisi yang secara kolektif dipandang sulit dan menekan.

Keterkaitan lain antara resiliensi dengan kesehatan juga dapat dijelaskan melalui peran emosi-emosi positif yang ada di dalamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Tugade & Fredricson (2004) mengambil kesimpulan bahwa individu atau sekelompok orang yang resilien akan banyak melakukan regulasi emosi dengan menggunakan emosi positifnya untuk menggantikan emosi-emosi negatif yang seringkali muncul manakala mereka tengah menghadapi situasi sulit atau kondisi yang menekan.

Studi Tugade & Fredricson (2004) mencatat bahwa individu yang resilien memiliki karakteristik yang secara psikologis lebih sehat, seperti sifat optimistik, dinamis, bersikap antusias terhadap berbagai hal yang ditemuinya dalam hidup, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, dan memiliki emosionalitas yang positif. Lebih dari itu, individu yang memiliki resiliensi tinggi secara proaktif dan strategis akan menumbuhkan kondisi emosi yang positif, semisal melalui humor, teknik-teknik relaksasi, berpikir optimis dan melakukan pengubahan persepsi terhadap segala sesuatu yang pada awalnya dipandang sulit, menekan atau tidak menyenangkan menjadi sesuatu yang wajar, menyenangkan, atau menantang. Dengan demikian, kondisi psikologis yang kuat akan membantu individu resilien untuk terhindar dari stres dan depresi. Selain itu, bagi individu-individu yang tengah menjalani proses penyembuhan dari kondisi sakit, resiliensi akan membantu untuk lebih kooperatif dalam pengobatan karena adanya optimisme dan harapan positif yang dimiliki.

Iklan

7 thoughts on “Resiliensi dan Kesehatan

    • Antara lain: Buku Froma Walsh tentang Strengthening Family Resilience, Buku Reivich & Shatte tentang Resilience Factors, Research Paper yang ditulis Cleveland tentang penelitian kualitatifnya terhadap resiliensi lansia, dan beberapa artikel resiliensi pada jurnal ilmiah (ditulis oleh Ungar; Tugade & Fredricson; dll…) 🙂

  1. Ping balik: Resiliensi, Perspektif Life Span, dan Peluang dalam Penelitian (Materi dalam Seminar Nasional Pascasarjana) | Wiwin Hendriani

Beri Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s