Dalam suatu percakapan, Damai yang saat itu masih belajar di Play Group pernah menanyakan pada saya tentang pekerjaan yang saya dan bapaknya lakukan setiap hari di kampus.
“Mama sama Bapak kerjanya jadi dosen”, kata saya.
“Dosen itu apa Ma?”
“Dosen itu guru. Ya seperti ibu-ibu gurunya Damai yang di sekolah itu. Tapi murid-muridnya Mama sudah besar-besar”
“Ooo….jadi Mama itu ibu gurunya mbak-mbak yang sudah besar? Dosen itu ibu gurunya orang-orang yang sudah besar. Gitu ya?”
“Iya…”, jawab saya.
Beberapa waktu berikutnya, “Ma, nanti aku kalau sudah besar juga mau jadi ibu guru”, katanya kemudian.
“Kenapa kok mau jadi ibu guru?”
“Ya…. biar aku bisa ngajarin orang-orang, gitu Ma. Kan ibu guru itu baik….”
“Hmmm….. boleh” jawab saya lagi sambil tersenyum mendengar pernyataan pertamanya tentang cita-cita ini. Sama seperti cita-cita saya pertama kali dulu sewaktu masih TK. Tapi saat itu saya sudah sedikit lebih besar dari Damai. Dan cita-cita saya sedikit lebih spesifik: Jadi ibu Guru yang galak, biar muridnya patuh dan tidak ada yang nakal, hahahaha…. 😀
Beberapa minggu setelah itu, sepulang sekolah Damai bercerita dengan sangat antusias, “Mama, aku tadi jadi ibu guru kecil di sekolah!”
“Lho, kok bisa? Gimana ceritanya?”
“Iya, tadi waktu disuruh bu guru membaca, teman-temanku belum bisa. Cuma aku yang sudah bisa. Terus aku disuruh bu guru ngajarin teman-temanku” jelasnya.
“Terus, gimana cara ngajarinnya?”
“Ya aku baca dulu, terus teman-temanku nirukan, gitu…”
“Waaah….. hebat dong!”
“Iya dong Ma” jawabnya sambil tersenyum. Agak nggaya memang, kelihatan narsisnya, hehehe…. 😀
Dan cerita tentang ibu guru Damai pun tidak hanya berhenti sampai di sini. Karena hari-hari sesudahnya, dia banyak melakukan berbagai peran sebagai ibu guru terhadap teman-temannya. Seperti saat dia bercerita, “Tadi lo Ma, ada temanku yang nakal”
“Nakal gimana?”
“Dia ngambil tasnya temanku yang lain sampai temanku itu nangis…”
“Ooo…mungkin maksudnya bercanda. Atau mungkin dia belum ngerti kalau itu nggak baik, jadi bukan sengaja nakal. Terus, Damai gimana?”
“Ya tak-bilangin, mas R**i, jangan gitu, itu tidak baik…”
Agaknya apa yang dituturkan Damai itu memang benar, sebab di waktu yang lain ketika mengunjungi Damai yang sedang sakit, ibu-ibu gurunya bercerita kepada saya bahwa Damai sering menasehati teman-temannya di sekolah tentang hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Tidak jarang ia juga memberi semangat pada teman-temannya ketika sedang berlatih sesuatu di sekolah. “Ayo-ayo, kamu bisa!”, serunya berulang kali. Hmm…ibu guru kecil Damai… ^.^